Minggu, 29 September 2019

Gema IV

Ngambang,

Dalam bahasa Jawa, ngambang artinya bimbang pada pilihan, atau tidak yakin. Ibarat benda yang terombang ambing di permukaan air.

Kali ini, Bulan tidak hanya dibingungkan oleh peryataan Bintang yang tempo hari terang-terangan menyatakan bahwa ia ingin lebih dekat dengannya. Di lain sisi, ada Kang Lutfi yang juga menaruh perhatian pada Bulan.

Akhirnya Bulan memutuskan untuk bercerita pada senior kampusnya yang telah alumni. Mas Bagus namanya. Awal masuk ke pesantren mahasiswa tempat ia tinggal, teman sekelasnya mengenalkan Bulan pada kakaknya, mas Bagus.

Ia seorang muazin di salah satu mesjid besar di kota Surabaya yang juga sudah bekerja di sebuah kantor. Bulan dan Bagus sering mengobrol tentang apapun, termasuk tentang jodoh. Suatu ketika Bagus bertanya,
"Lan, pingin punya suami yang seperti apa nanti?"
"Suami ya ... Pastinya laki-laki yang sholeh."
"Adakah kriteria tertentu yang paling kamu suka, Lan?"
"Apa ya ... Mm ... Paling tidak, ia suka berjamaah subuh di mesjid, atau seorang Muazin lah."
"Hah? Kok bisa gitu?"
"Kenapa, aneh ya? Mm ... Ya karena aku paling suka mereka yang memperjuangkan sholat, terutama subuh."
"Wah ... Unik juga. Berarti aku ini masuk kriteriamua ya?"
"Ah, apaan sih." Keduanya pun tertawa.

Awal pembicaraan itu adalah ungkapan mas Bagus pada Bulan, sayangnya Bulan tidak peka hingga mengacuhkannya. Ia menganggap kedekatan mereka sebatas teman biasa, atau senior dengan yuniornya. Hingga, di suatu pembicaraan lewat telepon,
"Mas, aku tadi di deketin Kang pondok, tetapi langsung kutolak baik-baik."
"Hahaha, beneran berani nolak?"
"Iya, aku langsung bilang kalau aku tidak nyaman."
"Wah, kendel juga kamu Lan."
"Tapi ada juga teman sekelasku yang bilang kalau dia nyaman denganku dan ingin serius."
"Lalu, kamu jawab apa?" Suara di seberang terdengar sangat antusias.
"Yah, kubilang padanya, kalau mau serius ya harus dengan persetujuan orangtua masing-masing."
"Dia terima?"
"Iya. Dia langsung telepon ibunya dan bercerita tentang aku."
"Jadi, kamu juga terima dia?"
"Iya."
Hening ...

"Mas Bagus ... Kok diam?"
"Wah ... Aku keduluan ini ternyata."
"Hah? Keduluan apa? Apa maksudnya?"
"Aku keduluan temen kelasmu itu, Lan."
Bulan berusaha mencerna maksudnya , lalu ...
"Hah! Ya Allah, Mas. Jadi selama ini, maksudnya itu Mas suka sama aku juga?"
"Iya, jelaslah aku suka. Kamu tidak sadar?"
Senyap ...

"Maafkan aku, maaf ya, Mas. Aku tidak bermaksud menyakiti hati sampeyan. Maaf banget pokoknya. Semoga Mas Bagus lekas bertemu dengan wanita yang lebih baik dariku. Pokoknya maafkan aku".
"Kamu tidak peka ya, Lan."
"Maaf, Mas, maafkan aku ...."
"Ya sudahlah, mungkin kita belum berjodoh. Semoga langgeng hubunganmu dengannya ya, Lan."

Dan telepon terputus.


To be continue ^_^

4 komentar:

Pribadi Hebat

Pikiran sehat adalah pribadi yang sehat         Buku Pribadi Hebat ditulis oleh Prof. Dr. Hamka dengan penerbit Gema Insani....