Sabtu, 30 November 2019

Pesantren Impian

Cinta, Teka-Teki, dan Kematian 

Novel yang ditulis oleh Asma Nadia ini cukup menegangkan. Dengan tebal 292 lembar, buku ini mampu membuat pembaca tidak merasa bosan, bahkan semakin penasaran dengan kelanjutan kisah tiap babnya. 

Dikisahkan ada sebuah pesantren megah di daerah terpencil yang masih dalam wilayah Aceh namun tidak ada dalam peta, lengkap dengan semua fasilitas pendukung, seperti taman, tempat olahraga, dan lain sebagainya. Pesantren itu dikenal dengan "Pesantren Impian" yang setiap tahun mengundang beberapa remaja dengan latar belakang yang bermasalah untuk dibina selama satu tahun. 

Remaja putri yang mendapat undangan berjumlah lima belas orang dengan latar belakang yang berbeda, seperti pembunuh, pecandu, pengedar, bahkan korban pemerkosaan berkumpul di tempat itu. Yang membuat manarik buku ini adalah beberapa teka-teki yang disuguhkan penulis pada beberapa tokoh. 

Terdapat dua tokoh yang menonjol dalam novel ini, Rini dan si Gadis. Rini adalah seorang gadis yang kalem, penurut, dan selalu dekat dengan ibunya. Ia putri dari keluarga terpandang yang sangat menjaga nama baik keluarga. Namun, ia terpaksa menerima undangan pergi ke Pesantren Impian setelah niatnya untuk bunuh diri gagal. 

Rini yang seorang anak rumahan, menemui takdir yang sangat mengerikan. Ia diperkosa di rumahnya sendiri, dan celakanya ia tak mampu mengingat wajah pelakunya, hanya samar mengenali topeng tokoh Rahwana dalam pewayangan dan suara tawa yang menjijikkan. 

Sedangkan si Gadis diceritakan hidup dengan penuh perjuangan. Ia dibesarkan di sebuah panti. Lalu terpaksa bekerja melayani para laki-laki hidung belang, bahkan tanpa sengaja ia membunuh salah satu klien yang sempat membawanya ke sebuah hotel. Lalu ia menerima undangan dari Pesantren Impian untuk menghilangkan jejaknya. Tentu saja identitas si Gadis baru bisa kita ketahui di akhir cerita. Menarik bukan? 

Di akhir cerita, terjawablah semua teka-tekinya, bersatulah beberapa hati yang sempat terluka, dan semangat untuk kembali hidup dirasa oleh semua remaja. Lalu ditutup dengan sebuah penyatuan rasa dua insan yang memiliki latar belakang hampir sama dalam ikatan suci bernama pernikahan. Dimana tidak ada yang  pernah mengira, bahwa jodoh ada di depan mata. Selamat membaca ....

Jumat, 29 November 2019

Produk Edukasi

Produk Al-Qalam 
Untuk menjawab tantangan menulis pekan dua kali ini, saya teringat beberpa tahun lalu saat buah hati kami memasuki usia batita. Saya mencari mainan apa yang bisa membuatnya senang sekaligus ada pembelajaran yang didapat. Nah, pada saat itu pilihan hati tertarik pada produk Al-qalam. Selain bentuknya yang unik, konten edukasinya pun menarik.

Sempat minder saat mengetahui harganya. Namun, ternyata mereka juga menyediakan pembayaran model tabungan atau arisan perkelompok. Disini kembali terusik, mampukah setiap bulan menabung atau membayar arisan? Ternyata bisa. Karena memang ada niat.

Apa produk yang saya pilih untuk usia putra saya yang hampir tiga tahun? Hafiz Doll. Iya, boneka yang bisa mengaji(hafiz). Dengan harga yang fantastis menurut saya pada saat itu, ternyata konten boneka cukup menarik. Terdapat murottal tiga puluh juz, kisah dua puluh lima Nabi dan Rasul, asmaul husna, lagu-lagu dari Alqolam, beberapa kosa kata dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Orangtua tetap harus mendampingi supaya tetap ada interaksi aktif. Boneka tersebut dilengkapi dengan charger, buku panduan berisi semua hal yang terdapat pada boneka, kartu garansi satu tahun, serta kardus tempat menyimpan. Boneka ini ada dua jenis atau bentuk. Bentuk laki-laki (hafiz) dan bentuk perempuan (hafizah).

Meskipun sudah ada media edukasi, tetaplah saya sebagai ibu adalah sekolah pertama bagi putra saya. Maka hal yang pertama saya kenalkan setelah dia lancar berbicara adalah "Alfatihah". Karena sebagai muslim kita tahu bahwa amalan yang pertama kali dihisab atau diperhitungkan kelak adalah "Shalat". Dan shalat itu tidak akan diterima manakala Alfatihah tidak dibaca. Selain itu, apapun kebaikan yang kita ajarkan pada orang lain, selama orang tersebut mengamalkannya, maka kita akan mendapat kebaikannya pula, tentu tanpa mengurangi kebaikan orang yang mengerjakannya.

Nah, kiranya itu salah satu produk edukasi yang menarik bagi saya. Tentu saja produk tersebut hanya sebagai alat atau media. Orangtua masing-masinglah yang bisa membantu anak-anaknya menuju kesuksesan dunia akhirat.
Karena jatuh cinta itu tidak bisa memilih. 



Kamis, 28 November 2019

Pembelahan dada Muhammad SAW.

Sudah menjadi tradisi bangsa arab untuk menyusukan bayi-bayi mereka pada para wanita di daerah pedesaan, supaya mereka tumbuh di lingkungan yang masih alami dan terbiasa mendengarkan bahasa arab yang fasih.

Begitu pula bayi Muhammad yang dibawa ke dusun Bani Sa'ad. Ia menjadi anak susuan dari seorang perempuan bernama Halimah binti Abu Dzu'aib dan suaminya, Al-Harits bin Abdul Uzza. Herannya, setelah keberadaan Muhammad kecil, keluarga mereka tidak merasa adanya tambahan beban hidup. Bahkan ladang kecil mereka selalu hijau dan subur, unta tua mereka kembali menghasilkan susu, keledai mereka bertambah kuat, dan domba-domba menjadi gemuk.

Setelah dua tahun, saatnya mereka mengembalikan Muhammad pada ibunya. "Kalian telah merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus berterimakasih?" Kata Aminah pada mereka.
"Kami hanya berharap, andaikan saja Muhammad boleh bersama kami sampai ia dewasa." Jawab suami istri tersebut mengiba.
Lalu datanglah Abdul Muthalib dan mengatakan "Biarlah Muhammad kembali ke dusun Bani Sa'ad sampai berusia lima tahun. Agar ia dapat berkata dan terbiasa mendengarkan bahasa Arab yang fasih."
Muhammad pun diizinkan tinggal kembali bersama mereka.

Saat mereka telah kembali di dusun Bani Sa'ad dan usia Muhammad belum genap tiga tahun, sebuah peristiwa penting terjadi. Saat itu Muhammad kecil ikut penggembalakan kambing bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba salah satu putra Halimah datang dengan berlarian dan menangis.
"Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik.
"Saudaraku yang dari Quraisy itu! Dia diambil oleh seorang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan! Perutnya dibuka sambil dibalik-balikkan!"

Mereka berdua sangat khawatir mendengar cerita anaknya dan segera berlari mencari Muhammad. Lalu keduanya menemukannya dalam keadaaan sendiri dengan muka pucat pasi.
"Apa yang terjadi padamu, Nak?" Tanya Halimah sambil merangkulnya ...

Saking takutnya, lalu Halimah mengembalikan Muhammad kepada ibunya. Setelah menceritakan apa yang terjadi, Aminah mengatakan,
" Demi Allah, setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku akan menjadi orang besar dikemudian hari. Ketika aku mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku. Dengan sinar itu aku bisa melihat istana-istana Busra di Syam menjadi terang benderang. Demi Allah, aku tidak pernah melihat orang mengandung yang lebih ringan dan lebih mudah dari yang kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit." Aminah menenangkan Halimah dan memintanya untuk membawa kembali bersamanya.

Namun, dengan adanya beberapa peristiwa lagi yang sangat mengkhawatirkan setelah kejadian pembelahan dada, akhirnya Muhammad kecil dikembalikan pada keluarga. Tahukah kalian bagaimana Rasulullah SAW menceritakan pembelahan dadanya pada para sahabat? Yuk simak kisahnya.

"Ketika aku bersama saudaraku di belakang rumah sedang menggembalakan kambing, tiba-tiba dua orang berpakaian putih datang kepadaku dengan membawa baskom emas yang penuh berisi salju. Kedua orang tersebut mengambilku, lalu membuka dadaku, mengeluarkan jantungku, membukanya juga, mengeluarkan gumpalan hitam dari jantungku, dan membuangnya.

Setelah itu keduanya mencuci jantung dan dadaku dengan salju yang telah dibersihkan. Salah satu dari keduanya berkata; Timbanglah dia dengan sepuluh orang dari umatnya. Dia menimbangku dengan sepuluh orang dari umatku, ternyata aku lebih berat dari mereka; Timbanglah ia dengan seratus orang dari umatnya, ternyata aku lebih berat dari mereka; Timbanglah ia dengan seribu orang dari kaumnya, dan tetaplah aku lebih berat dari mereka. Hingga berkatalah orang pertama; Biarkan dia, Demi Allah seandainya engkau menimbangnya dengan seluruh umatnya, dia pasti lebih berat dari mereka."

Demikian apa yang dikisahkan Rasulullah SAW pada sahabatnya tentang bagaimana kejadian saat para hamba Allah membelah dadanya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. SHALLU 'ALANNABII MUHAMMAD!





Rabu, 27 November 2019

Kelahiran Rasulullah SAW (part 2)

Jiwa yang Tergadai.

Tahukah kalian siapa beliau? Mengapa jiwanya tergadai?
Yup. Kali ini kita akan membahas tentang ayah Rasulullah SAW. Siapa lagi kalau bukan "Abdullah". Kakek moyang dari Nabi kita adalah Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau seorang pemuka masyarakat yang hidup berkecukupan karena pandai berdagang.

Suatu ketika ia mengatakan, "Wahai penduduk Makkah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian ke Syam yang sejuk." Di bawah pimpinannya, Makkah menjadi pusat perdagangan yang sangat maju. Ia menikah dengan seorang wanita dari Yatsrib dan memiliki seorang putra bernama "Syaibah". Namun sebelum sempat menyaksikan putranya lahir ke dunia, ia telah meninggal dunia.

Kekuasaan dilanjutkan oleh adiknya, Al-Muthalib. Suatu ketika, Al-Mutahlib menjemput Syaibah (keponakannya) untuk dibawa ke Makkah. Karena Syaibah dibonceng duduk di belakangnya, orang-orang memanggilnya "Abdul Muthalib" sampai akhirnya ia dipercayai juga memimpin Mekkah.

Suatu ketika, Abdul Muthalib bernazar (janji) jika ia memiliki sepuluh anak laki-laki yang kuat, ia akan mengorbankan salah satunya untuk berhala. Ternyata ia benar-benar memiliki sepuluh anak laki-laki dan pilihan untuk nadzar itu jatuh pada Abdullah, si bungsu yang sangat dicintainya.

Karena tidak mungkin mengorbankan buah hatinya, Abdul Muthalib mengganti nadzar tersebut dengan tebusan berupa penyembelihan 100 unta dan dibagikan kepada seluruh masyarakat Makkah. Abdullah pun tumbuh menjadi pemuda yang sangat rupawan. Dan ia menikah dengan perempuan yang paling baik keturunan serta kedudukannya di kalangan suku Quraisy, Aminah binti Wahb. Kelak, dari kedua orang inilah terlahir manusia pilihan, Nabi Muhammad SAW.


Nganjuk, 27 Nopember 2019




Kelahiran Rasulullah SAW (part 1)

Masih ingatkah pelajaran "Sejarah Kebudayaan Islam?"

Bagi sebagian orang, pelajaran sejarah adalah salah satu dari beberapa pelajaran di bangku sekolah yang kurang disukai. Bahkan banyak diantara kita saat itu yang "terlelap" karena saking asyiknya mendengarkan dongeng bapak ibu guru.

Muhammad kecil terlahir dari Suku Quraisy. Suku yang sangat berpengaruh di Jazirah Arab pada masa itu. Karena seluruh anggotanya berperan dalam penyediaan "Air Zam-Zam" untuk menyambut tamu yang datang dari segala penjuru dunia. Selain itu, Abdul Muthalib (kakek Muhammad) adalah seorang yang menemukan kembali "Zam-Zam" yang pernah hilang.

Kepercayaan mereka sebelum datangnya Islam beragam. Ada yang mengikuti agama "Hanif" yang diajarkan Nabi Ibrahim AS. Dan ada pula yang menyembah ruh nenek moyang atau berhala. Bertepatan dengan hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April 571 M, lahirlah seorang bayi tampan dari seorang ibu yang bernama Aminah, dan ayahnya adalah Abdullah. Namun sayangnya, Abdullah telah meninggal saat perjalanan perniagaan dan Muhammad masih dua bulan dalam kandungan ibunya.

Banyak sekali kejadian yang menakjubkan saat itu. Diantaranya adalah datangnya "Pasukan Bergajah" beberapa hari sebelum Muhammad terlahir. Pasukan dari Yaman yang dipimpin oleh Raja Abrahah itu ingin menyerang kota Makkah karena rasa iri terhadap "Ka'bah" yang setiap tahun dikunjungi oleh orang-orang dari segala penjuru dunia. Abrahah telah membangun sebuah bangunan megah di Yaman, namun tidak ada yang mengunjunginya.

Ketika hendak memasuki kota Mekkah, pasukan yang mengendarai gajah tersebut diluluh lantakkan oleh segerombolan burung kecil "Ababil" yang menjatuhkan kerikil panas hingga mengoyak tubuh mereka. Lalu tubuh-tubuh mereka jatuh bergelimpangan dan berlubang laksana daun yang dimakan ulat. Kejadian tersebut diabadikan dalam Q.S. Al-Fiil.

Selain itu, terdapat pula sebuah cahaya yang bersinar terang keluar dari rumah Abdul Muthalib saat kelahiran Muhammad hingga membuat gaduh binatang dan membangunkan para budak. Beberapa puluh kilo dari tanah Mekkah, kobaran api abadi yang selama itu tidak pernah padam dan menjadi sembahan orang Majusi, mendadak padam tanpa adanya sebab.

Begitulah kiranya beberapa kejadian yang menyambut kedatangan manusia pilihan. Tahun kelahirannya disebut sebagai "Tahun Gajah" karena terdapat peristiwa yang sangat bersejarah, tentunya bagi masyarakat Mekkah. Sesaat setelah kelahirannya, kakeknya memberi nama "Ahmad atau Muhammad" setelah membawanya masuk ke dalam ka'bah. Semua ikut bersuka cita, termasuk juga pamannya, Abu Lahab.



Rabu, 30 Rabiul Awwal 1441 M

Senin, 25 November 2019

The Power of Mother

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh ... 
Lewati duka penuh darah penuh nanah ...
Seperti udara kasih yang engkau berikan ... 
Tak mampu ku membalas ... Ibu .... 

Pernahkah kita mendengar kisah seorang pemuda yang mampu menyadarkan sekelompok perampok? Adalah seorang pemuda yang masih sangat belia, ia berkelana karena hendak memperdalam ilmunya. Di tengah perjalanan, ia dihadang dan digertak oleh sekelompok perampok yang tentu saja mengincar hartanya.

Lalu, dengan lantang dan penuh percaya diri, pemuda itu mengatakan, "Aku telah berjanji pada ibuku untuk selalu berlaku jujur, dan aku tidak mau mengkhianatinya. Aku membawa uang sebanyak empat puluh dinar." Ia menyodorkan perbekalannya kepada para perampok.

Pemimpin dari perampok itu seketika terdiam cukup lama, lalu ia menangis mendengar jawaban pemuda itu. Lelaki itu mengatakan, "Engkau takut mengkhianati janji pada ibumu. Bagaimana mungkin aku tidak takut pada Tuhanku." Setelah itu, dia meminta maaf dan berjanji tidak akan merampok lagi. Begitupun dengan semua kelompoknya.

Siapakah pemuda jujur itu? Tidak lain beliau adalah "Syekh Abdul Qadir Aljilani" yang dikenal di seluruh dunia. Tentu, dibalik itu semua terdapat sosok yang yang telah membentuk kepribadian beliau. Siapakah beliau? Ibunya.



Minggu, 24 November 2019

GURU

Siang yang begitu terik. Jalanan penuh debu yang tertiup angin. Angin yang berhembus tidak lagi sejuk, hingga keringat mengucur membasahi baju seragam yang masih harus dipakai sampai sore nanti. Anak-anak berjalan gontai memasuki kelas seakan mereka ingin menyerah untuk saat ini. 

Aku tersenyum pada mereka setelah mengucap salam dan mengatakan "Hari ini adalah hari yang spesial karena diperingati sebagai hari guru. Apakah kalian ingin mendengar tentang guru-guruku?" 
"Iya ... ", serentak mereka menjawab penuh kebahagiaan. 

"Guru adalah orangtua kedua kita. Ada tiga orangtua bagi kehidupan kita ini. Pertama orangtua biologis atau yang telah melahirkan, yang kedua adalah guru, dan yang terakhir adalah mertua. Saya memiliki dua kisah yang sangat berkesan dan bisa kalian ambil pelajaran. 

Pertama, suatu ketika ada teman sedaerah yang dihukum sangat berat. Ia dipukul menggunakan kayu berkali-kali, diseret keluar kelas, dibentak, dicaci, bahkan disuruh menghadap guru yang mengajar kitab ta'lim(adab) yang terkenal sangat menakutkan. 

Oleh guru ta'lim ia dipukul keras sampai suara pukulannya terdengar dari kelas saya. Saat bel istirahat, kami antar dia ke asrama sambil sesenggukan. Karena tidak tahan melihat teman yang dihukum seperti itu hanya karena ia membuka laci guru kami, saya pun ikut marah dan merasa benci pada guru itu. 

Tanpa diduga saat itu juga saya dipanggil untuk setor hapalan, karena masih marah, hapalan itu tiba-tiba lenyap dan saya pun dapat hukuman. Sakit karena hukuman itu telah lama hilang. Namun, akibat dari rasa benci dan tidak ikhlas saat itu menjadikan ilmu yang diajarkan oleh guru tersebut hilang dari ingatan. Dan hal ini sangat  saya sesalkan. 

Kisah kedua, ada seorang guru yang menegur muridnya yang salah. Namun murid itu marah dengan kemarahan yang sangat hingga kakinya menghentak lantai dan tangannya menggebrak bangku. Guru tersebut hanya diam dan menyuruh sang murid kembali ke bangkunya. 

Saya ikut gemetar melihat suasana saat itu karena kebetulan kita sekelas. Tanpa sengaja saya yang mencuri pandang kearah guru tersebut ketahuan dan dipanggil menghadap beliau. Ternyata saya diminta setor hapalan. Dalam suasana yang mencekam, terdengar lirih ucapan beliau pada saya yang mengatakan bahwa saya bukanlah murid yang pandai seperti teman-teman, tetapi saya tidak pernah marah atau membantah. Dan beliau mendoakan semoga kehidupan saya berkah. 

Begitulah kedua kisah tersebut. Satu tentang keberkahan hidup karena doa tulus dari guru. Satu lagi tentang kemarahan atau tidak ikhlasnya saya pada guru saat itu hingga menutup kemanfaatan ilmu. Dari dua kisah ini, dapat kalian ambil pelajaran bahwa keberkahan hidup kita ditentukan oleh orangtua kita, termasuk guru kita. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "ridha Allah terletak pada ridhanya orangtua." 

Kamipun mengakhiri perjumpaan siang ini dengan saling bersalaman. 




Nganjuk, 25 Nopember 2019

Guru, digugu lan ditiru


Sabtu, 23 November 2019

Usia berapakah anak masuk Pesantren?

Kehidupan Anak Jaman Naw

Beberapa waktu lalu, aku memilih "Niche" tentang dunia anak salah satunya. Kali ini aku ingin menulis tentang usia berapakah baiknya seorang anak yang hendak dimasukkan dalam pesantren. Mengingat banyak sekali kejadian miris di zaman ini yang pelakunya adalah anak-anak yang masih di bawah umur. Mereka tidak lagi malu untuk melakukan hal-hal tabu, bahkan mereka dengan bangga mengekspose di media massa.

Secara psikologi, dikatakan anak-anak saat usia mereka enam sampai dua belas tahun. Kebiasaan yang paling menonjol adalah "meniru". Sehingga pada usia ini, anak-anak cenderung meniru siapa idolanya atau siapa yang ia suka. Dunia maya yang telah masuk dalam kehidupan anak-anak zaman sekarang, membuat mereka seakan "dewasa" sebelum waktunya.

Usia yang tepat untuk memasukkan anak ke pesantren adalah usia menjelang remaja. Yakni setelah usia dua belas tahun, karena pada usia ini anak-anak telah dianggap mampu membuat pilihan dalam bertindak. Tentu saja hal ini jika keadaan lingkungannya mendukung tumbuh kembangnya.

Lain halnya jika kondisi lingkungan kurang mendukung, misal keadaan kedua orang tuanya yang sama-sama bekerja. Atau lingkungan sekitar yang dirasa membahayakan tumbuh kembang si anak. Maka dalam hal ini, orang tua yang memilih untuk memasukkan anaknya ke pesantren saat masih anak-anak, bukanlah suatu kesalahan.

Pesantren bukanlah tempat yang menjamin seseorang menjadi baik. Namun dengan masuk ke pesantren, orangtua telah memilih yang terbaik untuk anaknya. Bukan berarti pula mereka yang tidak pernah masuk ke pesantren adalah orang yang kurang baik. Justru orang tua merekalah yang sangat baik sehingga mampu mendidik anaknya tetap dalam lingkup keluarga.

Kita tidak bisa menyamakan keadaan orang lain dengan keadaan kita. Maka alangkah lebih bijak untuk tidak "menjudge" orang lain tentang apapun, terutama tentang keluarga. Cukuplah kita memperhatikan kebahagiaan keluarga kita, yang tentu dapat diwujudkan sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW.

ﻭﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: "ﺃﺭﺑﻊ ﻣﻦ ﺳﻌﺎﺩﺓ اﻟﻤﺮء: ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﺯﻭﺟﺘﻪ ﺻﺎﻟﺤﺔ، ﻭﺃﻭﻻﺩﻩ ﺃﺑﺮاﺭا، ﻭﺧﻠﻄﺎﺅﻩ ﺻﺎﻟﺤﻴﻦ، ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺭﺯﻗﻪ ﻓﻲ ﺑﻠﺪﻩ".
_

Diriwayatkan dari Rasululloh SAW. Bahwa beliau bersabda: "Empat (kunci) kebahagiaan seseorang adalah:
1. Istrinya sholihah (atau suami yang sholih. Sehingga tidak hanya menuntut hak, tetapi juga mengerti dan mampu memenuhi kewajiban masing-masing sebagai suami-istri).
2. Anak-anaknya baik (dengan dididik agama agar taat syariat dan berbakti kepada orangtua).
3. Berkumpul dengan orang-orang baik (agar selalu diingatkan dan dibimbing menjadi orang baik).
4. Rizkinya di daerahnya sendiri (sehingga tidak terpisah dengan anak-istri dan bisa saling menjaga agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan)".

Demikianlah kiranya gambaran "keluarga bahagia" yang dijelaskan oleh Nabi SAW. Kiranya masing-masing manusia memiliki kehidupan sesuai dengan apa yang digariskanNya, namun dengan tetap berusaha dan berdoa manusia dapat memilih jalan hidupnya.


Tabik,
Nganjuk 23 Nopember 2019

Jagat Lelembut

Dalam buku "Kisah Tanah Jawa; Jagat Lelembut" dipaparkan berbagai hal yang berhubungan dengan dunia yang tak kasat mata. "Datang tidak dijemput, pulang minta diantar" adalah jargon dari dunia mereka.

Buku yang merangkum tentang perjalanan "Tim Kisah Tanah Jawa" yang telah menjelajah di "Jagat Lelembut" mampu memberi gambaran yang sangat gamblang betapa mengerikannya dunia mereka. Meskipun pada dasarnya mereka tidak akan menggangu manusia, selama manusia itu selalu mengingat TuhanNya.

Tidak sedikit dari mereka yang "dimanfaatkan" oleh manusia untuk berbuat tidak baik. Dengan demikian, mereka pun akan mengusik dunia manusia hingga banyak diantara kita yang menjadi korban. Buku ini membuka mata kita untuk tidak perlu lagi "penasaran" dengan dunia mereka, apalagi sampai membuka mata batin yang sesungguhnya oleh Allah telah ditutup sesuai fitrah manusia.

Sebagai muslim, tentu kita meyakini keberadaan mereka, karena memang sejak penciptaan awal mereka telah ada, bahkan sebelum penciptaan manusia pertama. Selain itu, percaya pada hal yang gaib atau tidak kasat mata merupakan salah satu dari rukun iman.

Sikap hati-hati dan selalu waspada tersirat dalam pesan buku ini. Supaya manusia tidak terjerumus pada hal-hal yang menyesatkan. Gambar dalam buku ini mewakili sebagian kecil dari perwujudan energi mereka. Tentu masih banyak lagi dan lebih mengerikan lagi jika sampai dunia mereka terlihat oleh mata manusia.

Wujud "pocong" yang seringkali ditampilkan di layar televisi ternyata masih biasa atau rendah tingkat menakutkannya. Di buku ini, dipaparkan dengan disertai gambar yang sangat jelas bahwa "golongan" mereka ada beberapa macam, dan tentu lebih mengerikan. Beberapa macam "Kuntilanak" juga dijelaskan, bahkan ada kegiatan semacam "Miss Kunti" yang mirip dengan kegiatan di dunia manusia. Saya sengaja tidak memfoto gambar-gambarnya, karena dengan melihat saja sudah membuat pening kepala, mual, dan bahkan sesak di dada.

Kiranya cukup sebagai penambah wawasan supaya keimanan kita pada Sang Khalik semakin kuat serta selalu ingat untuk lebih hati-hati dan waspada dimanapun dan kapanpun. Tentu tidak perlu takut pula pada mereka karena kita sama-sama makhlukNya dan jangan lupa untuk selalu berdoa supaya Dia selalu menjaga kita, karena pada dasarnya, apapun yang ada dan yang terjadi di dunia ini adalah atas izinNya.


Nganjuk, 23 Nopember 2019
Datang tak diundang, pergi minta diantar 


Kamis, 21 November 2019

NICHE blog

18 Nopember 2019,
Bertepatan pada hari Senin malam kemarin, kita dapat materi dari Mbak Rindang tentang "Niche Blog".
Apa yang dimaksud dengan niche blog?

"Niche blog adalah tema atau topik yang menjadi fokus utama bloger dalam menyajikan konten di blog. Niche untuk blog sebenarnya sangat penting, hanya saja ada beberapa bloger pemula yang mengesampingkan hal ini karena masih berfokus pada mood (ngeblog ala diary) dan kuantitas postingan (biar rajin nulis) dengan topik beragam.

Hal ini tidak salah, karena setiap orang punya niat ngeblog beda-beda. Ada yang memang ingin menuliskan banyak topik, adapula cuma satu topik. Tapi kalau kamu ingin punya blog yang menghasilkan, kamu harus memiliki maksimal 3 topik. Ada banyak niche yang digunakan oleh para bloger seperti Fashion, Beauty, Parenting, Crafting & DIY, Health, Traveling, Marketing dan bisnis online, Tutorial blog dan SEO, Internet dan Komputer, hingga Tutorial desain grafis", panjang lebar Mbak Rindang menjelaskan lewat tulisan saat itu.

Sampai hari ini, aku masih bingung untuk menentukan "Niche". Mbak Rindang bahkan memberikan contoh beberapa pertanyaan untuk mengetahui pilihan kita nantinya, contoh di bawah nanti sekalian akan saya jawab supaya dapat membantu pilihan niche untuk blog saya nantinya.

***
Jawablah beberapa atau semua pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, maka kamu akan dapat lebih mudah dalam menentukan niche blogmu. Jawaban yang paling sering muncul adalah topik yang paling cocok untuk ditulis dalam blogmu.

✅ Apa sesuatu yang mudah bagimu? Menulis tentang kegiatan
✅ Apa sesuatu yang paling kamu nikmati? Bercerita
✅ Apa yang dikatakan orang-orang kamu bagus dalam melakukannya? Bercerita
✅ Pikirkan rutinitas keseharian, apa kegiatan yang paling kamu tunggu-tunggu? Mengajar
✅ Apa kegiatan yang paling tidak pernah membuat kamu bosan? Bersama anak-anak
✅ Apa hal yang selalu muncul dalam hidupmu sejak bertahun-tahun yang lalu? Kenangan
✅ Klub/forum/kelompok/organisasi apa yang kamu  ikuti? Menulis
✅ Apa hard skill yang kamu miliki? Menulis pengalaman
✅ Apa soft skill yang kamu miliki? Gampang berteman
✅ Apa pencapaian yang pernah kamu dapatkan? Mengajar di tingkat dasar sampai perguruan tinggi
✅ Apa pujian yang pernah kamu dapatkan dari orang lain? Sabar, murah senyum.

Nah, dari beberapa jawaban di atas, ternyata saya cenderung "Suka bersama orang lain", dalam hal ini tentunya di dalam dunia pendidikan. Maka, saya memilih "Blog Niche" dengan beberapa kecenderungan bersama anak didik. Bisa berupa "Parenting, Konseling, dan Edukasi". Meski tidak menutup kemungkinan saya juga suka menulis tentang tempat wisata, kisah, maupun yang lainnya.

Salam Semangat😊


Jambore Literasi

Nganjuk, 19 Nopember 2019

Dunia tulis menulis bagiku masihlah sangat awam. Tetapi untuk terus mengasah kemampuan itu, sengaja saya bergabung dengan "Komunitas Pejuang Literasi Anjuk Ladang" atau disingkat KOPLING, dimana semua anggotanya dari daerah Nganjuk.

Dan beberapa hari lalu, salah satu teman komunitas mengajak untuk bergabung di "Jambore Literasi" yang ternyata pesertanya adalah para guru "Bimbingan Konseling" dari berbagai daerah. Tentu saja, pengalaman yang sangat berharga ini tidak bisa dilewatkan. Bergabunglah lima orang dari komunitas Kopling yang ternyata diminta sebagai "Pemateri".

Pengetahuan tentang literasi yang kita peroleh dari keluarga "ODOP" tentu sangat berguna saat itu. Kami saling berbagi tentang apa saja yang ingin mereka ketahui. Tentu saja dengan pengetahuan yang terbatas, kami tetap berusaha memberikan jawaban yang terbaik.

Diawali dengan upacara pembukaan, lalu "Ice Breaking" untuk pengenalan anggota, menentukan nama kelompok, membuat yel-yel, lalu masuk materi yang disampaikan pada kelompok-kelompok kecil. Pengalaman yang sangat berharga bagi penulis ini memberikan kesan yang sangat mendalam. Ternyata, dengan berani berbagi, pengetahuan kita akan semakin berkembang pula.

Menjelang sore, kita telah kembali ke rumah masing-masing. Kajian literasi diteruskan oleh panitia lewat online dan tentunya kita masih terus bersilaturahmi dan berkomitmen untuk memajukan dunia literasi. "Sampaikanlah ilmu, walau satu ayat." Begitulah kiranya apa yang dipesankan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib.

Taman Pandan Wilis, Nganjuk

Minggu, 17 November 2019

Kisah Tanah Jawa

Kisah Tanah Jawa 
Investigasi mitos dan mistis. 

Buku yang berjudul "Kisah Tanah Jawa" yang ditulis oleh Mada Zidan (Mbah KJ) dan Bonaventura D. Genta ini sangat menarik. Awalnya, kukira buku ini membahas tentang kisah awal atau semacam "babat tanah jawi". Salah telak! Justru buku ini membeberkan berbagai macam kejadian yang pernah terjadi di tanah Jawa dan belum terungkap kebenarannya, terutama yang berkaitan dengan mitos dan mistis yang telah beredar di masyarakat sekitar. Dan penulis menggunakan pendekatan "khusus" untuk memaparkan risetnya. 

Pada pembahasan awal, penulis menyuguhkan subtema "Napas Tiang Pancang" yang menceritakan beberapa bangunan di tanah ini yang sengaja "diberi tumbal manusia". Di mulai sejak datangnya para penjajah yang kemudian hendak membangun sarana prasarana yang membutuhkan ketepatan waktu dan keberhasilan yang memuaskan sehingga mereka memilih mendatangi "orang pintar". 

Lalu subtema yang kedua adalah "Penyedap Komposisi Dosa" dimana dalam pembahasan kali ini, penulis memaparkan tentang berbagai cara para pedagang atau pebisnis bermain "culas" dengan "memilih jalan instan" yang melibatkan makhluk-makhluk tak kasat mata, maupun ritual yang disarankan oleh "dukun/paranormal." Lengkap dengan ilustrasi yang mampu mengocok isi perut. 

Subtema yang ketiga, tidak jauh dari pembahasan sebelumnya. Tertulis "Harta Berujung Petaka", dimana penulis memaparkan berbagai tindakan manusia yang menginginkan cara instan untuk mendapatkan kekayaan. Dalam bab ini, penulis juga "meluruskan" pandangan masyarakat yang salah selama ini tentang "gunung Kawi dan gunung Kemukus" yang tentu dengan membaca namanya saja sudah tidak asing bagi kita. 

Kemudian, pembahasan selanjutnya adalah "Merapal Kata Terlarang", disini penulis memaparkan beberapa model "pengasihan" yang menggunakan mantra maupun cara tertentu untuk menarik lawan jenis. Pembahasan ini mengingatkan kita untuk selalu "eling lan waspodo" atau agar selalu hati-hati menjaga diri. 

Dipisahkan dengan halaman berwarna hitam, pembahasan selanjutnya adalah tentang "Kejawen dan Kedatangan Imperialisme". Kejawen adalah semua hal yang berhubungan dengan tanah Jawa. Baik itu tentang tingkah laku manusia, bangunan, pakaian, makanan, tanaman, maupun ritual yang ada di tanah Jawa. Semua dikupas tuntas oleh penulis sehingga menambah khazanah pengetahuan pembaca. 

Setelah itu, penulis memaparkan kedatangan kaum Imperialis yang banyak merugikan bangsa kita. Tidak hanya lingkungan saja, adat maupun moral telah dirusak dengan paham yang mereka bawa. Lalu, diberlakukanlah sistem kerja paksa yang tentu menelan banyak korban. Disini kita diingatkan, bahwa setiap jengkal jalan yang kita pijak, disitu terdapat pengorbanan nyawa yang tak terhingga dari para pendahulu kita. 

Terakhir, terdapat subtema "Renungan" yang tentunya memberi gambaran bahwa budaya Jawa atau "Kejawen", tidaklah mengajarkan tentang kesesatan, apalagi mempersekutukan Tuhan. Para Wali yang telah mengenalkan Islam ke tanah Jawa, tidak menghapus budaya atau kebiasaan yang dianggap baik di tanah ini, dan hanya mewarnainya dengan "keislaman". 

Penutup dari buku ini adalah "Kumpulan Cerita Misteri" yang memang ada di beberapa tempat. Tentu saja aku tidak berani membacanya saat sendirian di malam hari. Karena jantungku berdegup kencang, bulu kuduk berdiri merinding, dan bahkan beberapa kali harus menyapu pandangan kesekitar untuk memastikan "aman" saat membaca kisah-kisah itu. 

Buku dengan halaman 246 ini sangat asyik untuk dibaca. Selain menambah wawasan, kita juga diingatkan untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Penguasa Jagat. Karena tanpa izinNya, tidak ada yang mampu memberi kebaikan maupun keburukan kepada kita, manusia yang telah dipilihNya sebagai "pemimpin" di bumi ini. 


Salam semangat, 
Nganjuk, 17 Nopember 2019 


Minggu, 03 November 2019

Biografi

Sosok yang pertama kali kuingat saat penugasan pembuatan "Biografi" adalah Mbak Nova. Perempuan yang sangat kalem pembawaaannya ini memiliki nama lengkap Novarina Dian Wardani dan terlahir di kota Bayu, Nganjuk, pada tanggal 23 Nopember 1978.


Di dunia literasi, aku merasa sangat kerdil. Tetapi dengan mengenal sosoknya, semangat untuk terus membenahi tulisan kembali muncul. Tutur katanya yang sederhana hingga mudah dicerna membuatku merasa nyaman sejak pertama kali bertemu.

Meskipun perawakannya bisa dibilang "imut", namun semangatnya patut diacungi dua jempol jika sudah bicara tentang literasi. Dan ternyata beliau memang sudah ahli di dunia literasi, khususnya non fiksi.

Mbak Nova, begitu kami memanggilnya, merupakan salah satu pembimbing non fiksi di keluarga ODOP, maupun di Komunitas Nulis Aja.  Beliau juga salah satu founder gerakan literasi di Kota kelahirannya. Ibu dari seorang putra yang bernama Muhammad Afzal Rafay ini memang mencintai dunia literasi, diluar kesibukannya sebagai Abdi Negara di Pemerintahan Kabupaten Nganjuk.

Terbukti dengan beberapa karya beliau, diantaranya; Selalu Ada Jalan Terbaik dan Kenapa Harus Menulis, yang merupakan dua karya solonya yang diterbitkan tahun 2018. Dan masih ada sembilan Antologi, tentang puisi dan non fiksi yang sudah diterbitkan;
-Sebab Nanti (Antologi cerpen) tahun 2016.
-Ketika Pena Berpuisi (Antologi puisi bersama KPKers Jawa Timur) tahun 2016.
-Mata Cinta (Antologi cerpen) tahun 2017.
-Sambel Pecel; Memimpin Tidak Harus Pedas (Antologi cerpen Based True Story) tahun 2017.
-Rahasiaku (Antologi non fiksi bersama One Day One Post) tahun 2018.
-Nubar Tentang Bapak (Antologi cerpen) tahun 2019.

Perempuan lemah lembut ini ternyata lulusan dari "Sarjana Pertanian." Namun siapa pun bisa jadi penulis. Lihatlah beliau, dengan segudang kesibukannya, masih bisa menghasilkan banyak karya, apalagi beliau juga pernah didaulat menjadi "editor" antologi-antologi non fiksi di ODOP. Juga berhasil menjadi pemenang hiburan di "Blog competition" yang diadakan oleh Blogger Perempuan dan Theragran.

Istri dari Bapak Ali Masyhar yang bercita-cita ingin "Keliling dunia" ini sangat menyukai buku-buku karangan Andrea Hirata, NH. Dini, Alberthine Endah, dan tentunya buku karangan dari orang tua beliau sendiri, diantaranya "Karti Kledek Ngrajek dan Wewaler Gajah Mada."

Penyuka film "Scarlet O' Hara" dan " The Ghostwriter" ini mengidolakan semua penulis, termasuk penulis Quote. Dan sampai saat ini, beliau masih sering mendapat "Job placement" dan review dari beberapa "e-commerce" seperti Traveloka, Pegi-Pegi, Blibli. Com, dan Matahari. Sekaligus sebagai "Endorser" maupun "Buzzer".

Yang terakhir, Mbak Nova menyampaikan, " Aku berharap semakin banyak lahir penulis-penulis berbakat dari semua genre. Siapapun bisa jadi penulis, asal tetap semangat belajar dan tidak mudah menyerah. Percayalah, bahwa setiap tulisan yang kita hasilkan, akan membawa takdirnya sendiri."

Terharu rasanya membaca pesan dari beliau. Semangat untuk menulis harus dicontoh dari pejuang-pejuang yang tangguh, tanpa mengenal batas apapun. Dan tulisan-tulisan Mbak Nova bisa kita nikmati di alamat;
Blog   : www.nodiwa.blog
FB       : Novarina Dian Wardani
Ig        : @Nova_dw
Tweet: @nodiwa

Ganbatte Kudasai! Arigatou
~Lilis-Tokyo~


Sabtu, 02 November 2019

Rel Berdarah (end)

Zahra.

Pagi ini kota Pahlawan menangis. Tangisnya merintik namun lama. Kami berlarian kecil dengan menggunakan tas sebagai payung. Masuk ke dalam kelas dengan meninggalkan tanda kaki di lantai. Untung, dosen tidak masuk kali ini. Aku telat karena macet.

"Ra, kamu kenal mas Ikbal? Katanya dia alumni Kebonsari, pondokmu dulu." Zi menggeser kursinya mendekatiku.
"Mm ... Ikbal ya? Sepertinya pernah denger. Kenapa?"
"Dia sering main ke rumahku. Kelihatannya dekat dengan kakakku, mereka satu angkatan kuliahnya dulu. Menurutmu orangnya bagaimana, Ra?"
"Bagaimana ya ... Aku jarang memperhatikan kang-kang pondok, hanya sebatas tahu nama."
"Ah ... Kamu tu, Ra." Zi memukul pundakku,
"Eh, bagaimana perjodohanmu? Kenalin padaku, Ra."
"Belum kok. Baru nanti malam. Eh, sepertinya jam kosong. Sudah ya, aku mau ke perpustakaan. Da ..."

Zahra pergi meninggalkan Zi. Hatinya tidak karuan. Bagaimana mungkin! lelaki yang hendak dijodohkan dengannya itu ternyata pacar dari kakak sahabatnya. Bagaimana  kalau Zi tahu? Bagaimana nanti persahabatannya? Haruskah perjodohan ini dibatalkan, tapi bagaimana caranya? Perlukah jujur pada Zi? Atau Ulil?

Gawai Zahra berdering.
"Assalamualaikum, dimana Ra? Kutunggu di belakang kantin dari tadi lho." Suara Ulil diseberang.
"Waalaikumsalam. Oh maaf, Lil. Aku di perpustakaan. Nanti kutelepon balik." Tak terasa air mata mengalir deras di pipinya.

Akhirnya selesai juga perkuliahan siang ini. Tidak seperti biasanya, seakan waktu berjalan melambat dan membuat pikiran semakin tak karuan. Ketika dosen selesai membagi tugas, lekas-lekas aku berpamitan pada teman kelas dan meluncur ke parkiran. Tak lupa kutelepon Ulil untuk mengatakan kapan-kapan saja kita ketemunya.  Dan aku berbohong padanya dengan mengatakan bahwa aku sangat bahagia hari ini dan harus lekas pulang untuk mempersiapkan acara nanti malam.

Dasar sifat Ulil yang suka menggoda, dia mencandai dengan mengatakan nitip salam sayang untuk calonku. Kami pun saling meledek dan tertawa di telepon. Antara bahagia dan sedih. Perasaan yang berkecamuk ini tidak bisa kuungkapkan padanya. Aku bahagia mendengar suaranya. Aku bahagia mendengar tawanya. Aku bahagia mendengar ledeknya. Dan aku sangat bahagia bisa dekat dengannya. Namun, aku harus melepasnya segera. Melepas semua rasa padanya. Aku pun berpamitan padanya.

Kebahagian yang terbungkus oleh kesedihan ini menutup jiwa sadarku. Sepeda motor kuhentikan sejenak, karena kurasa jalanan lenggang. Dan kuambil gawai yang menempel di telinga, lalu kumasukkan dalam ransel.

Sayup-sayup kudengar suara teriakan. Ya, teriakan banyak orang. Kutolehkan kepala ... "TTRRREEEEEEEEEEEERRRRERRRTH ..."
silau lampu dan pekik suaranya sangat kuingat. Aku sadar dan bisa saja kutinggalkan motorku. Namun, kumemilih untuk diam, gelap dan senyap ....

~End~

Jumat, 01 November 2019

Rel Berdarah (4)

Zi.

Kota Pahlawan seakan terbakar. Panas menyengat hingga ke ubun-ubun. Angin berhembus malu-malu. Hingga berulang kali, aku menyeka peluh dengan lengan baju. Jilbab yang kukenakan rasanya telah basah, apalagi punggungku.

Aku dan ulil memutuskan untuk kembali menemui orang tua Zahra. Berharap mereka membukakan pintu maaf untuk kami.
"Assalamualaikum ... " Ulil mengetuk pintu. Aku sengaja berdiri agak jauh di belakangnya, takut ayah Zahra berteriak seperti kemarin.
"Waalaikumsalam, oh kalian. Mari masuk." Perempuan paruh baya itu mempersilahkan kami. Bersyukur bukan ayahnya yang menyambut. Pikirku.
"Begini, Bu. Kedatangan kami kesini, pertama untuk bersilaturrahim," Aku mencoba mencairkan suasana,
"Kedua, kami sebagai teman Zahra, ikut berbela sungkawa dan kami mohon maaf atas semuanya. Zahra bagi kami adalah teman yang sangat baik."
"Sudah tidak apa-apa. Kita ikhlaskan.  Namanya juga takdir. Kita tidak bisa mengelak." Nampak mata beliau berkaca-kaca.
"Mohon sampaikan permohonan maaf kami pada ayah Zahra juga ya, Bu." Ulil memberanikan diri bersuara.
"Iya, nanti saya sampaikan. Alhamdulillah ayah sudah beraktivitas seperti biasa, mulai mengajar lagi."

Kami pun bercerita banyak tentang kebersamaan kami dengan Zahra. Sambil sesekali menyeka air mata mengingat kenangan-kenangan itu. Lalu terdengar sepeda motor Vario memasuki halaman.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Ayah. Ini teman-teman Zahra ..."
Beliau pergi begitu saja meninggalkan kami yang berdiri hendak bersalaman. Ibu memberi isyarat pada kami untuk duduk kembali. Sedangkan beliau menyusul suaminya ke belakang. Aku dan Ulil saling berpandangan dan berbisik "ayo cepet pulang."

Ibu Zahra kembali dengan membawa buku di tangannya.
"Ini milik Zahra. Ibu merapikan kamarnya dan menemukan buku ini di bawah bantalnya. Mungkin kalian ingin membacanya juga karena sebagian besar bercerita tentang kalian. Dan juga, Ayah Zahra tidak marah pada kalian. Hanya saja beliau sangat menyesal. Sehingga kalau lihat kalian, jadi ingat Zahra."
Kami mengangguk paham. Dan buku binder itu, aku menerimanya. Lalu, kami pun memohon izin untuk undur diri.

*****
Sampai di pelataran mesjid kampus. Kami memutuskan untuk duduk di serambi sebelah barat. Selain sejuk, serambi barat jarang dipakai mahasiswa, kecuali untuk sekedar merebahkan diri. Kami membuka isi binder, nampak beberapa foto kami dan puisi-puisi Zahra. Ada pula kisah pertemanan kami dulu saat Orientasi Mahasiswa Baru. Di penghujung tulisannya ...

*****

Kantin. 
Ulil kamu jahat, kenapa malah mendoakan aku berjodoh dengan pilihan ortuku? Kamu gak tau perasaanku. 

*****
Giant. 
Aku senang sekali bisa makan es cone sama Zi. Zi adalah sahabatku yang paling mengerti. Tidak seperti Ulil yang cuek dan kadang kasar omongannya. Meski ngangeni siih . Eh, di malam itu juga aku melihat sosoknya di Giant bersama perempuan. Mungkin teman sekelasnya? Entahlah. Mereka hanya berdua. 

***** 
Kelas. 
Langit nampak cerah. Tapi hatiku gelap. Pada siapa aku hendak bercerita? Ibu. Tidak. Aku tidak mungkin mengecewakan mereka. Aku harus kuat, seperti langit yang selalu indah. Dia memang kakak kelasku di Pondok dulu. Tapi dia laki-laki! Kenapa tidak menolak kalau memang punya pilihan?

*****
Malam Penentuan 
Malam besok ini keluargaku dan keluarganya bertemu untuk yang kedua kalinya untuk menetapkan hari. Aku tak suka. Aku melihatnya merangkul perempuan lain di tempat umum. Tapi bisa apa aku? Orangtuaku terlanjur menyukainya karena Ayahnya adalah sahabat dekat ayahku. Aku harus bagaimana? Cerita pada Zi? Ulil? 
Besok saja kukatakan pada Ulil saat bertemu. Dia kemarin bilang mau ngomong sesuatu. Bahagia rasanya, tapi juga sedih. 

*****
Gerimis. 

Pagi ini seakan langit mengerti perasaanku. Merintik dengan tangisan pilu. Membuat lisanku kelu saat sahabatku bercerita bahwa pacar kakaknya adalah seseorang yang juga kukenal. Sosok yang hendak dijodohkan denganku. Tapi Zi tak tau. Dan tak mungkin kuberi tau. 

***** 
Aku sesenggukan membacanya. Ulil bebarapa kali mengusap matanya dengan lengan baju. Karena tidak ingin membuat mereka yang lewat penasaran, kami pun memutuskan untuk berpisah. Aku berlari ke arah kamar mandi yang ada di serambi utara.

Mendongakkan kepala pada tiang yang disusun mirip bangunan kelenteng, di atas jalanan yang menghubungkan bangunan mesjid dengan kamar mandi,  berharap airmata ini berhenti. Dan buku binder itu masih kudekap erat dibalik jilbab yang melambai tertiup angin.

#Bersambung

Pribadi Hebat

Pikiran sehat adalah pribadi yang sehat         Buku Pribadi Hebat ditulis oleh Prof. Dr. Hamka dengan penerbit Gema Insani....