Kamis, 31 Oktober 2019

Rel Berdarah (3)

Ulil.

Ulil dipanggil ke kantor polisi untuk diminta keterangan tentang kecelakaan Zahra. Siangnya ia masuk kuliah dengan wajah dilipat.
"Hai Lil, bagaimana tadi?" Tanyaku padanya.
"Tidak apa-apa, hanya ditanyai sebentar."
Aku tau ia bohong, karena hampir satu jam dia berada di kantor polisi.
"Nanti sore, ayo ikut aku ke rumah Zahra." Ulil menatapku seakan memohon.
"Oke." Kami pun berpisah di lorong kampus.

Sore itu kami memberanikan diri berkunjung ke rumah Zahra.
"Untuk apa kalian kesini! Pergi ..."
"Assalamualaikum, Bapak. Kami ...,"
"Silahkan pergi!"
"Tetapi kami .... "
BRAK ... Suara pintu yang ditutup keras itu seketika mengkerdilkan nyali kami. Aku ingin menangis saat itu, namun kulihat wajah Ulil lebih menyedihkan lagi. Pintu itu dibanting tepat di depannya. Kami pun memutuskan melangkah pergi dalam diam.

"Maaf Zi. Kamu jadi kena marahnya juga."
"Ah, tidak apa-apa, Lil. Besok kita coba lagi. Siapa tahu ibunya mau menemui kita." Hiburku di perjalanan pulang.
Orang tua Zahra merasa bahwa Ulil-lah penyebab kecelakaan anaknya hingga mereka tidak sudi melihatnya datang ke rumah.

*****

"Lil, aku mau dikenalkan seseorang." Kata Zahra saat kami istirahat di kantin.
"Oh ya? Pilihan orang tuamu?"
"He'em." Jawabnya sambil menyeruput es jeruk.
"Ya ikuti saja. Siapa tahu berjodoh."
"Ih. Kok kamu bilangnya begitu sih."
"Lho, apa aku salah? Katanya ridho Allah itu terletak pada ridhonya orang tua. Bener gak?" Ia malah menggoda.
"Iya. Bener emang." Zahra bersungut.
Aku hanya tertawa mendengar pembicaraan mereka. Mereka saling suka namun tidak pernah menampakkan apa yang dirasa. Kami pun terdiam sambil menikmati makan siang dengan pikiran masing-masing.

Selama perkuliahan, kulihat Zahra sibuk menulis di buku binder. Entah apa yang sedang ia tuangkan dalam buku itu. Berulang kali ia menatap langit dari balik jendela kelas, lalu kembali menulis sesuatu. Bel tanda berakhirnya perkuliahan pun berdering. Mahasiswa berhamburan keluar kelas.
"Sampai ketemu besok ya, Zi."
"Ok. Hati-hati." Kami pun bersalaman ala mahasiswa dan saling berpelukan sebelum ia menghilang dalam kerumunan.

Aku bertemu Ulil. Dia nampak mencari sesuatu.
"Dia sudah pulang."
"Eh, enggak kok."
Kami pun tertawa sambil menyusuri gang kecil di belakang kampus. Tempat tinggal kami memang saearah, hanya beda gang saja.
"Lil, kalau suka itu ya bilang suka," aku mendahuluinya,
"Tidak mungkin perempuan bilang dulu kan? Lagian Zahra juga suka kamu kok. Lekas bilang padanya, setelah itu putuskan berdua kapan siap menghadap orangtuanya."
"Iya, iya. Kamu kayak orangtua saja."
"Loh, kalian itu adik-adikku. Usiaku lebih tua dari kalian berdua," ia hanya tersenyum.
"Abahnya Zahra itu keras. Jadi cepat buat keputusan sebelum janur kuning melengkung."
Tanpa menimpali, ia mendahului langkahku dan memukulkan tas selempangnya ke punggungku sebelum akhirnya menghilang ke arah gangnya.
"Aku duluan. Besok pasti kukatakan."

Aku menghentikan sejenak langkahku ....

#Bersambung

Rabu, 30 Oktober 2019

Rel Berdarah (2)

Zahra namanya, nama yang indah dengan makna "bunga". Pantas disandang olehnya karena selain memiliki paras yang cantik, tutur katanya sangat lembut. Bahkan siapapun yang pernah berbicara dengannya, pasti merasa sungkan jika harus meninggikan suara, apalagi marah terhadapnya. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi.

Pendidikan Bahasa Arab adalah jurusan yang ia ambil. Kami semakin akrab manakala pernah bersama mengikuti suatu lomba di kampus. Dia sangat pandai dan tidak banyak bicara. Suatu ketika dia mengajakku berbelanja di "Giant" yang dekat kampus. Sengaja kami berjalan kaki sambil mengobrol sepanjang perjalanan.

"Zi, kamu punya pacar? Atau seseorang yang kamu suka?" Tanya dia tiba-tiba.
"Aku punya pacar? Enggaklah. Kalau suka sih ada," aku menyamai langkahnya,
"Kenapa? Kamu punya pacar? Atau lagi suka seseorang?"
"Mmm ... Bagaimana ya,"
Kami bergandeng tangan menyeberangi jalan raya.
"Aku suka seseorang sebenarnya, tetapi ya ... Suka saja, tidak mungkin kukatakan padanya." Jawabnya malu.
"Teman kelas kita? Siapa-siapa?" Aku menggodanya,
"Pasti teman kelas kita ya, Aldi? Ulil? Ilham? Atau Nizar? Mm ... Kayae gak mungkin lek arek iku". Gumamku sambil menaiki eskalator.
"Yang nomor dua."
"Nomor dua? Hah, si Ulil? Beneran kamu suka Ulil?"
"Hust ... Jangan keras-keras." Dia menutup mulutku.

Kami membeli es "Cone" dan mencari tempat duduk.
"Beneran sama Ulil?"
"Mm ... Iya. Tetapi jangan bilang dia ya."
"Gak janji aku." Dia mencubit pahaku.
"Aduh duh duh ..." Aku meringis kesakitan.

Begitulah obrolan kami beberapa bulan lalu sebelum hari naas itu. Aku sangat terpukul kehilangannya, dan aku tau Ulil lebih terpukul lagi. Mereka berdua saling suka, saling menjaga, saling mengerti, namun meraka juga tidak pernah mau mengungkapkan perasaan masing-masing.

Aku sebagai teman dari keduanya, sangat tidak terima orangtua Zahra menyalahkan Ulil hanya karena Ulil-lah yang terakhir menelpon Zahra tepat sebelum terjadi kecelakaan itu.
"Anakku tertabrak kereta gara-gara menerima telepon darimu."
Begitulah yang dituduhkan orangtua Zahra padanya. Dan sekarang, Ulil harus menghadap ke kantor polisi. Untuk apa?


#Bersambung

Selasa, 29 Oktober 2019

Rel Berdarah (1)

Dia mengatakan akan ada acara di keluarganya nanti malam. Jadi, setelah pembagian kelompok, dia tergesa-gesa untuk segera pulang.
"Sampai bertemu besok, hati-hati di jalan ya." Ucapan itu reflek kami ucapkan mengantar kepergiannya dengan lambaian tangan.

Ia mengangkat telepon yang sejak tadi berdering sambil berlarian kecil ke arah parkiran. Senyumnya yang indah nampak menghiasi bibir selama percakapan dengan seseorang yang mungkin istimewa baginya. Karena belum selesai bicara, ia selipkan gawai diantara jilbab dan helm dengan menaiki sepeda motornya.

Jalanan nampak lenggang, antrian kendaraan untuk menyeberang ke jalan utama tidak terlalu padat. Karena telah selesai bicara, ia pun mengambil gawai dari selipan helm dan memasukkannya ke dalam tas ransel yang di bawanya.

Lamat-lamat ia mendengar suara orang berteriak. Semakin keras dan keras. Namun kesadarannya tertutup oleh bunyi peluit yang memekakkan telinga. "Theeeeet...." Ia tidak sadar jika sepedanya berada di atas rel kereta api dan ular besi itu menghantamnya sangat kuat. 

Tubuhnya terpental beberapa meter kedepan dan sepeda motornya hancur berantakan. Kereta mendecit berhenti paksa setelah beberapa meter dari kejadian. Namun setelah dipastikan bahwa yang hancur hanya sepedanya, kerata pun melanjutkan perjalanannya.

Semua orang berkerumun. Tubuh yang terpelanting keras itu menghantam trotoar,"Buum". Helmnya hancur namun kepalanya tidak terluka. Hidung dan telinganya mengucurkan darah hingga membasahi jilbab putihnya. Dari gawainya, seseorang menghubungi teman lelakiku karena namanya ada di urutan paling atas panggilan hari ini.

Setelah sempat di larikan ke rumah sakit, nyawanya tidak tertolong lagi meski sudah mendapat perawatan yang insentif. Orangtuanya tidak bisa menerima hal itu dan menyalahkan teman lelakiku karena ia yang terakhir menelpon anaknya. Dan nanti malam adalah acara pertemuan keluarga dengan pihak lelaki yang hendak dikenalkan padanya. Lalu kecelakaan itu, murni kah? 

#Bersambung ....

Senin, 28 Oktober 2019

Jalan A.Yani

Jika kau berada di Surabaya, lewatlah jalan A. Yani. Di jalan itu, berdiri sebuah bangunan Perguruan Tinggi yang cukup tua. Gapura di depannya berdiri kokoh berwarna hijau muda. Nampak menara di samping gapura itu sekaligus memperindah mesjid Ulul Albab yang  sangat teduh pelatarannya.

Sayangnya, sebelum masuk gapura indah itu, engkau harus melewati rel kereta api yang tidak berpalang. Disitulah banyak sekali menelan korban. Baik itu murni kecelakaan, atau ada seseorang yang bunuh diri dengan menabrakkan dirinya pada kereta api. Sungguh naas, namun hal ini sering kali terjadi.

Siang itu, kami menyaksikan sendiri seorang laki-laki paruh baya yang melompat ke atas rel saat kereta api melintas cepat. Spontan saja semua berteriak histeris. Gerak kereta yang sangat cepat itu memotong tubuhnya menjadi potongan tak beraturan. Dan darah muncrat kemana-mana.

Tubuhnya hancur hingga sulit diidentifikasi bagian tubuh yang mana. Darah dan seluruh isi kepala maupun perut berhamburan tercecer hingga ke jalan raya, hingga tidak sedikit dari kami yang muntah-muntah saat melihatnya. Kami menyebutnya "Rel berdarah".

Rel tanpa plang itu sering dijaga oleh satpam yang sengaja dipekerjakan oleh pihak kampus. Namun, ada dua arah penyeberangan yang tidak berpalang, sehingga kejadian yang hampir sama tidak bisa dielakkan. Sama seperti yang terjadi pada teman kami. Selesai jam kuliah, ia segera berpamitan pada kami karena hendak ada acara di rumahnya nanti malam.

"Sampai jumpa besok ya, hati-hati." Itu yang kami ucapkan padanya saat itu. Dia tersenyum dan melambaikan tangan. Dari parkiran, dia mengenakan helm dan menstater motor sambil menfangakat telpon dari seseorang. Gawai ditaruhnya di dalam lipatan jilbab bagian telinga dan terhimpit oleh helm. Sambil terus mengendarai motor dengan kecepatan sedang.

Nampak ia mengakhiri teleponnya, karena jalanan nampak lenggang kali itu, ia menghentikan laju motor dan mengambil gawainya dari telinga, hendak ia masukkan ke dalam tas. Ia tidak sadar kalau sedang berhenti di atas rel. Karena lenggang dan hanya beberapa penjual saja di sekitarnya, ia pun tak menyadari kalau ada kereta api yang hendak melintas, dan itu di jalur tempat ia berhenti. Lalu?


#Bersambung ....




Minggu, 27 Oktober 2019

Kenangan

Hanya mampu menggores tinta di dinding
Memural hadir rupamu yang kian menari
Menjelma nyata dalam bayangmu
Menyapa rindu dalam detik waktu

Kala itu,
Ku berlutut di bawah egonya
Kuberikan rasa-ku padanya
Kutelan semua duka nestapa
Dan hatiku yang tak lagi berperisai, terluka

Mungkin,
Hanya alasan sederhana saja
Rasa ini kembali bertahta
Menghapus perih yang terlalu menganga
Membangunkan rindu yang terkubur lama

Maka,
Menyayangimu, menyakitiku
Membencimu, melukaiku

Kan kugambar engkau, di langit rasaku
Kulukis senyummu di samudera jiwaku
Kupahat namamu di dinding hatiku
Kuteriakkan namamu,
Pada bintang-bintang yang bertaburan
Kubisikkan pada semilir angin,
Agar sampai rasaku padamu

Meski aku selalu menemukan bisu
Saat bertanya,
Siapa aku di hidupmu.

Pergilah kau, sejauh mungkin
Dan bawa serta bayanganmu
Juga kenangan itu.


Sabtu, 26 Oktober 2019

ARTROPODA

Aku, si kaki delapan.


Aku sungguh iri pada mereka, sekaligus marah pada diriku sendiri. Ingin sekali kupatahkan saja kaki-kaki brengsek lemah ini. Lalu kulempar pada mata mereka yang buta terhadapku. Atau kumuntahkan saja isi perutku untuk menutup mulut mereka yang mengumpat tentang keberadaanku.

Aku tak suka melihat mereka bergerak bebas, berlarian kesana-kemari, bahkan mereka juga terbang ke angkasa. Sedangkan aku? Langkahku terbatas, tubuhku kecil dan lemah. Tak sanggup berlari, tak sanggup memikul beban berat, apalagi terbang ke udara. Dan, aku tinggal ditempat gelap gulita ini, di rumahku yang tidak kokoh.

Berhari-hari aku merasa jengkel pada diri sendiri, hingga suatu ketika tersiar kabar dari kafilah dagang yang lalu lalang di depan rumahku, bahwa telah datang seorang manusia pilihan pembawa risalah dan peringatan dari Tuhan bagi manusia yang sudah semakin liar saja. Aku pun bersuka cita mendengarnya, dan melupakan kesedihanku selama ini.

Tepat beberapa hari setelah kabar dari para kafilah itu, tiba-tiba masuk padaku bisikan yang mengabarkan bahwa manusia pilihan itu akan segera datang ke tempatku. Aku tersenyum. Dan alangkah bahagianya hari itu.

Aku sendiri menyaksikan dia masuk bersama temannya. Lalu temannya itu menyobek baju bagian bawah dan menutup lubang-lubang yang ada di tempatku, lalu mempersilahkan manusia istimewa itu meletakkan kepalanya untuk beristirahat di pengakuannya.

Aku dengan sigap membangun rumah baruku di depan pintu dan berhasil mengecoh para pengejar hingga mereka tidak berhasil menemukan apa yang mereka cari. Namun naas, kaki temannya terpatuk ular yang keluar dari salah satu lubang yang luput ia tutup.

Kesakitan yang ditahannya menyebabkan airmata menitik jatuh ke wajah manusia istimewa itu hingga ia terbangun. Namun jawaban dari sahabat setianya, sungguh membuatku berbangga dapat bertemu mereka berdua, "Aku takut jika sampai membangunkanmu, karena perjalanan kita sangat berat."

Saat itu aku mendengar, sang reptil mengaku marah dan mematuk kaki sahabatnya itu karena ternyata, ia pun sangat ingin mengetahui wajah dari manusia pembawa risalah Tuhan. Namun semua lubang rumahnya telah tertutup rapat dan menyisakan satu. Setelah mengetahui bahwa yang digigit itu sahabat setianya, ia pun sangat menyesal karenanya.

Atas izin TuhanNya, usapan lembut tangan manusia pilihan itu mampu menghapus seluruh rasa sakit serta bekas gigitan ular di kaki sahabatnya. Dan aku yang menyaksikan semua keajaiban itu, berjanji dengan bangga akan menceritakan kisah ini pada semua keturunanku.

Yakni kisah tentang seorang Rasul dan sahabatnya yang bersembunyi di Goa Tsur dari kejaran kafir Quraisy yang hendak membunuh mereka. Dengan adanya sarang laba-laba di pintu goa, mereka mengira tidak mungkin ada seseorang yang masuk ke dalam goa tersebut.

Kini, aku sangat bersyukur. Meskipun aku kecil dan lemah, namun namaku diabadikan sebagai nama salah satu Surat dalam kitabNya. Dan meskipun rumahku paling rapuh diantara semua bangunan, namun  rumah itu pernah menyelamatkan manusia pilihan. Dan dijadikan pula sebagai perumpamaan dalam kalamNya.


Aku dari keluarga Artropoda


Jumat, 25 Oktober 2019

Outline

Mencoba membuat outline. 

Sebagaimana telah diterangkan oleh kak Dymar pada beberapa pekan yang lalu. Membuat outline pada tulisan itu ibarat membuat "list" pada saat akan belanja bulanan. Tentu saja agar "tidak keluar jalur" alias mengikuti rambu-rambu. 

Ok, jadi untuk membuat outline, yang pertama adalah "Premis". Dalam hal ini, kak Dymar membuat istilah "SAMBA". Contoh;
1. Siapa tokohnya? Sebut saja Venus. 
2. Apa keinginannya? Menikah dengan Jupiter 
3. Mengapa gagal? Tidak direstui orangtua 
4. Bagaimana usaha tokoh? Memohon pada orangtuanya 

Setelah premis, yang kedua untuk pembuatan outline adalah "Pengenalan Tokoh". Contoh; 
~Venus, gadis berperawakan imut yang  murah senyum. Berkulit putih langsat. Tidak banyak bicara, sangat pemalu, dan akrab dengan yang sudah dikenal saja. Tokoh utama dalam tulisan. 
~Jupiter, pemuda energik yang cukup tinggi dengan kulit sawo matang, sangat mudah bergaul dengan siapapun. Tokoh pendukung dalam tulisan. 

Kemudian yang ketiga adalah "Sinopsis". Contoh; 
~ Kehidupan kampus yang sebelumnya terkesan biasa saja bagi Venus, tiba-tiba berubah drastis dengan hadirnya sosok Jupiter yang dengan berani mengutarakan perasaannya terhadap Venus. Namun, di tengah perjalanan kisah kasih mereka, usaha mereka untuk melangsungkan hubungan mereka ke pelaminan harus pupus begitu saja karena orangtua Venus tidak memberikan restu tanpa menjelaskan apa alasan dibalik penolakannya itu. 

Yang terakhir, dalam pembuatan outline adalah menuliskan "Elaborasi" atau semacam penjelasan "kisah" dari sub-bab yang akan ditulis. Contoh; 
~ Untuk Prolog~ Pertemuan pertama Venus-Jupiter 
(Elaborasi: Venus dan Jupiter satu kelompok dalam suatu tugas. Jupiter mulai perhatian pada Venus. Jupiter menyatakan perasaannya pada Venus). 
~ Bab 1~Mengenal  
(Elaborasi: Venus dan Jupiter menceritakan masa lalu masing-masing. Jupiter mengatakan kalau dia mempunyai mantan).~Halangan 
(Elaborasi: Venus mendapat ancaman dari mantan Jupiter. Venus tidak mendapat dukungan dari temannya). 
~ Bab 2~ Hubungan
(Elaborasi: Jupiter meyakinkan hubungan mereka dengan mengenalkan Venus pada keluarganya. Venus diterima baik oleh keluarga Jupiter. Venus mengenalkan Jupiter pada ayahnya). 
~Penutup~Keputusan 
(Elaborasi: Jupiter ditolak oleh ayah Venus. Venus dikenalkan pada pria pilihan orantuanya). 

Nah, kira-kira kurang lebihnya seperti itu membuat outline suatu tulisan fiksi. Semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya. 



Kamis, 24 Oktober 2019

Tidur berkualitas

Sulit bangun sebelum "Waktu Fajar"?

Beberapa hari yang lalu dalam Kajian Menyambut Bulan Maulid, seorang ustadz menceritakan pengalamannya;

Selama 1 bulan ini, Akhirnya saya menemukan cara tidur Deep Sleep (pola tidur yang dianjurkan Rosuululloh SAW).
Dan ini sangat membantu saya tetep sholat malam walau saya tidur jam 12 malam.

Apa itu?

Pernahkah sahabat semua tidur selama 6-8 jam tapi bangun malah badan terasa capek?

Tidur adalah aktivitas sepele, tapi sesungguhnya aktivitas ini sangat penting sekali.

Tidur itu bukan soal kuantitas, tapi pada kualitasnya.

Selama 1 bulan ini setiap malam saya hanya tidur 2-3 jam sehari. Bangun sebelum shubuh dan tidak tidur lagi.
Kebayang kan gimana capeknya?

Tapi ternyata enggak capek. Malah badan jadi enakeun😁.
Karena saya bener2 tidur deep sleep.

Saya tau tidur deep sleep ini dari coach Armala. Tadinya heran, masak sih?

Setelah browsing-browsing ternyata bener,
Ada 3 tahapan ketika kita tidur!

Light sleep,
Tahapan kita baru aja tertidur.
Deep sleep,
Tahapan kita bener-bener tidur, Nyenyak, pules, dan itu berlangsung selama 2 jam.
Rem sleep,
Tahapan dimana kita tidur tapi bermimpi.
Nah rata-rata orang biasanya mengalami rem sleep, Akhirnya membuat badan cepat capek walaupun tidur selama 8 jam!

Kok bisa saya menemukan cara tidur Deep Sleep?

Nahh inilah tahapan yang saya siapkan sebelum tidur;

1. Berwudhu sebelum tidur.
2. Sholat witir 3 rakaat sebelum tidur.
3. Tidak bermain HP lagi, Bener-bener diletakkan.
4. Sebelum baca doa tidur,
Baca Alfatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Ayat Kursi, lalu doa mau tidur.
5. Berdoa minta ampun sama Allah karena seharian banyak khilaf dan salah (cara ini dipraktekan Bilal bin Rabbah).
6. Minum air putih 1 gelas.

Alhamdulillah setelah membiasakan aktivitas sebelum tidur. Saya tidak bermimpi lagi. Bener-bener tidurnya pulas, Tidur 2-3 jam cukup!

Dan alarm tubuh saya otomatis mensetting tubuh saya bangun sebelum shubuh.

Semua ini terjadi atas izin Allah. Tapi tetep manusia harus ikhtiar dulu.
Mohon bener2 sama Allah agar Allah mau bertemu disepertiga malam terakhir kita.

Tips nya cukup sederhana,
Tapi jika dibiasakan Insyaalloh jadi tidur yang berkualitas.

Semangat sholat malam kawan!
Sholat malam itu kebiasaan orang orang sholeh.

Dan seorang ibu sebaiknya sholat malam,
Agar setelah sholat malam kita bisa memegang dada anak kita, lalu berdoa untuknya.

Doa seorang ibu maqbul!

Pegang dada anak kita, baca Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Insyiroh dan Al-Qadr.

Dan ini adalah cara agar anak kita tidak diganggu makhluk ghoib!
Serta agar di masa depan anak anak kita terhindar dari dosa zina.

Bismillah kita bisa 💪
Mari terus berdoa yang baik-baik!
Gunakan keistimewaan doa seorang ibu untuk mendoakan anak anaknya 😇

Rabu, 23 Oktober 2019

Tanah Jawa

Pulang ke Tanah Jawa.

"Bapak, ayo kita segera pulang ke Jawa. Kata mereka orang-orang Jawa lebih baik dari orang Kalimantan." Kata Ibu suatu hari.
"Iya, Bu. Kita kumpulkan dulu uangnya lalu beli tanah di Jawa." Jawab Bapak sambil merapikan baju dinas lalu lintasnya.

Setelah sepuluh tahun lamanya tinggal di Kalimantan, akhirnya mereka berdua meminta untuk dipindah tugaskan ke Tanah Jawa. Anggapan mereka selama ini, orang-orang Jawa pasti lebih baik sosialnya daripada orang Dayak di Kalimantan.

Namun, ternyata semua itu nyaris bohong belaka. Memang tidak bisa dipukul rata, sih. Tetapi beberapa tahun terakhir, kedua orang tersebut selalu diuji dengan berbagai hal yang tidak wajar. Teman yang satu kantor pernah menjegal supaya mereka berdua tidak bisa naik jabatan. Belum lagi ketika di lapangan. Sikap Bapak yang pemurah, menjadikan teman-temannya tidak suka padanya, bahkan Bapak dianggap "Tidak becus cari uang."

Suatu ketika, Ibu dan Bapak itu mengalami hal yang tidak wajar. Ibu yang sedang tidur sendirian, tiba-tiba merasa ada yang memeluknya, padahal Bapak belum pulang dari dinas. Sedangkan Bapak, seakan-seakan berhubungan badan dengan seorang wanita yang sangat cantik, padahal saat itu, Ibu sedang tidur di kamar sebelah.

Beberapa hari setelah kejadian ganjil itu, tubuh Bapak tidak bisa digerakkan, terutama bagian kemaluannya. Dan keadaan yang menyiksa itu berlangsung kurang lebih dua bulan. Berbagai obat, hingga kemoterapi dengan laser pun dilakukan, namun hasilnya tetap nihil. Sampai suatu ketika, temannya menyarankan untuk menemui "orang pinter."

Kini, Bapak telah sembuh dan mengajukan diri untuk pensiun dini. Bapak merasa lebih tenang setelahnya. Namun, rumah megah hasil jerih payahnya selama menjabat sebagai abdi negara, hendak ia jual. Mereka berdua memilih tinggal di rumah yang lebih sederhana. Namun, ujian kembali datang. Setiap pembeli yang sudah "deal", tiba-tiba mundur dengan sendirinya. Bahkan foto-foto rumah yang dikirim ke calon pembeli pun, tidak nampak di layarnya. 



Senin, 21 Oktober 2019

Hari Santri

Jangan Ragu Menjadi Santri


(Peringatan Hari Santri 22 oktober)

"Dulu orang anti menjadi santri, sekarang orang bangga menjadi santri. Tahukah Anda siapa yg meletakkan bom di tank mobi perang inggris pada perang 10 november 1945 ? dialah Asy'ari santri pondok Tebu ireng Jombang. Tahukah Anda siapa yang merobek bendera Belanda merah putih biru di hotel yamanto pada peperangan 10 november?  Dialah seorang santri yang bernama juga Asy'ari santri asal Madura". Dikisahkan oleh Ust. Yahya Aziz, salah satu dosen tetap di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Dulu orang tua,tidak mau memondokkan anak, takut jadi apa setelah lulus dari pesantren? Jangan meremehkan etos kerja seorang santri. Santri bisa jadi presiden, mentri, pengusaha, dokter, pilot. Karena menjadi santri, selalu ada doa dan keberkahan yang didapat dari para Kyai. 

Dan rata rata pimpinan pondok sanadnya masih sambung dengan Wali Songo dan Wali Songo sanadnya masih sambung kepada rasulullah saw.
KH. Abdurrahman Wahid jadi presiden adalah santri,  KH.Makruf Amin wakil presiden adalah santri, Luqman Hakim Mentri agama, M. Fakhir wamenlu, semuanya adalah santri. Itulah santri milenial ... Santri masa kini.

Aku bangga menjadi wali santri, anak anaku santri, dan lingkungan keluargaku adalah santri.
Apa hakekat makna santri / سنتري :
س :  سالك إلى الآخرة
"Orang yang berjalan menuju akhirat "
ن :  نائب عن العلماء
 "Orang yang mengganti ulama". Santri adalah calon ulama masa depan.
ت : تائب من المعاصي
 "Selalu bertaubat dari segala maksiat "
ر :  راغب في الخيرات
 "Senang berbuat kebaikan"
ي : يرجو رضي الله تعالى والسعادة في الدنيا والآخرة
  "Selalu mengharap ridlo Allah ta'ala dan kebahagiaan dunia akhirat"

Begitulah indahnya jadi santri. Dari pesantren semua berawal, dari pesantren para pejuang pahlawan lahir.
Pangeran diponegoro santri,
Jendral Sudirman santri,
Ki Hajar Dewantoro santri.

Kami bangga dengan pesantren, kami bangga jadi santri.
Selama pesantren masih kokoh dan lestari, harapan Indonesia ke arah yang lebih baik masih ada.
Gerakan ayo mondok di mana saja.
"AKU BANGGA JADI SANTRI", 
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional 22 oktober 2019.




Gambar  1 : bersama santri di pesantren.
Gambar 2 : putraku yang telah menjadi santri di salah satu Pesantren Lirboyo.
Gambar  3: bersama para santri Pondok Kapas Sukomoro, memperingati "HSN".
Gambar 4 : saat masih menjadi santri di Th. 1995-2017 di Alkhairiyah, Sukabumi-JaBar.

Doa Ibu

DAHSYATNYA MENYEBUT NAMA ANAK DALAM DOA

Dr. Fauzia Addabbus, seorang psikolog yang amat populer di Kuwait pernah menulis di Twitter, tentang rahasia-rahasia doa seorang Ibu jika setiap malam ia mendoakan anak-anaknya, dan ternyata efek dari twitter itu telah mengubah jalan hidup banyak orang.

Isi twitternya sebagai berikut :
"Wahai para ibu agar jangan engkau tidur tiap malam sebelum kau angkat kedua tanganmu sambil menyebut satu persatu nama anak-anakmu dan mengabarkan kepada Nya bahwa engkau ridha atas mereka masing-masing.
Begini doanya :
اَللّٰهُمُّ اِنِّی اُشْهِدُكَ اَنِّی رَاضِيَۃٌ عَنْ اِبْنِی/اِبْنَتِی....تَمَامَ الرِّضَی وَكَمَالَ الرِّضَی وَمُنْتَهَی الرِّضَی فَاللّٰهُمَّ اَنْزِلْ رِضْوَانَكَ عَلَيْهِمْ بِرِضَائِى عَنْهُمْ

"Ya Allah aku bersaksi kepadaMu bahwa aku ridha kepada anak-anakku (sebutkan nama mereka, satu persatu) dengan ridha paripurna, ridha yang sempurna dan ridha yang paling komplit. Maka turunkanlah Yaa Allah keridhaanMu kepada mereka demi ridhaku kepada mereka."

TESTIMONI PARA IBU YG MENDOAKAN ANAK.
Seorang ibu yang mendoakan anak laki-lakinya yang berumur 22 tahun. Maka bercerita,
Sejak kelahiran anakku itu aku hidup dalam penderitaan karenanya.
Dia tak pernah shalat dan bahkan jarang mandi , dia sering berdebat panjang denganku, dan tak jarang dia membentakku dan tak menghormatiku, walaupun sudah sering aku mendoakannya.

Maka ketika membaca twittermu aku berkata :
"Mungkinkah omongan ini benar? Tampaknya masuk akal. Dan akhirnya kuputuskan untuk mencoba mendoakan.
Lalu...
Setelah seminggu mulai nada suara putraku kepadaku melunak, dan pertama kali dalam hidupku aku tertidur dalam kedamaian.
Dan kemudian kudapati putraku mandi, padahal aku tak menyuruhnya.
Minggu kedua dan aku terus mendoakannya sesuai anjuranmu...
Dia membukakan pintu untukku dan menyapaku, "Apa kabar ibu?" Dengan suara lembut yang tak pernah kudengar darinya sebelum itu.
Aku gembira tak terkira walaupun aku tak menunjukkan perasaanku kepadanya sama sekali.

Empat jam kemudian aku menelponny dan ia menjawabku dengan nada yang berbeda dari biasanya, "Bu, aku disamping masjid dan aku baru akan shalat waktu ibu menelponku."
Maka akupun tak mampu menahan tangisku, bagaimana mungkin ia yang tak pernah shalat bisa mulai shalat dan dengan lembut menanyaiku apa kabar?

Tak sabar aku menanti kedatangannya dan segera kutanyai sejak kapan engkau mulai shalat? Jawabnya, "Aku sendiri tak tahu, Bu. Waktu aku di dekat masjid mendadak hatiku tergerak untuk shalat."

Sejak itu kehidupanku berubah 180 derajat, dan anakku tak pernah lagi berteriak-teriak kepadaku dan sangat menghormatiku.
Tak pernah aku mengalami kebahagiaan seperti ini walaupun aku sebelumnya sering hadir di majelis-majelis zikir dan pengajian-pengajian.

*Doa Ibu itu ampuh*
Karena beratnya kehidupan sehari-hari seringkali seorang ibu melupakan doa untuk anak-anaknya.
Sering juga dia menganggap bahwa pusat-pusat bimbingan psikologi adalah jalan lebih baik untuk perkembangan anak-anaknya.

Padahal justru doa Ibu adalah jalan tersingkat untuk mencapai kebahagiaan anak-anaknya di dunia dan akhirat.
Jangan pernah bilang, "Ah, anakku masih kecil, ngapain didoakan?"
Jadi doakan mereka mulai sekarang. Dan jadilah orang yang bermurah hati dengan doa-doamu untuk mereka.

Allah telah mengkaruniai para ibu sebagai wasilah bagi anak-anak kita dalam hubungan mereka dengan Allah melalui doa-doa kita untuk mereka.
Ya, kita bisa melakukannya kapanpun kita mau, dan kita bisa mengetuk pintuNya kapanpun kita mau dan Allah tak pernah mengantuk dan tak pernah tidur.

#Self-Reminder#

Minggu, 20 Oktober 2019

Kudus

Kudus-Jawa Tengah

Kota satu ini menyimpan berjuta kenangan. Bukan dengan si mantan, tetapi kenyamanan dan kerinduan padanya rasanya tetap tersimpan meski sudah beberapa kali bertandang, masih juga kurang.
Pelataran samping mesjid

Makam Sunan Kudus yang ditandai dengan menara yang berdiri kokoh lambang kedamaian, mampu menyihir hati-hati yang gundah kembali tenteram. Jiwa yang suntuk kembali tenang. Dan pikiran yang kusut kembali lapang.
Menara mesjid yang serupa Pura

Di mesjid Kudus, kita jumpai banyak orang yang membaca Alquran, dzikir, serta doa-doa. Mulai dari peziarah sampai santri-santri penghapal Alquran yang memang mondok di sekitar daerah ini. Tentu hal ini menambah suasana semakin adem ayem lan tentrem. 

Beberapa meter dari kompleks makam Sunan Kudus, bisa dijumpai pusat oleh-oleh khas Kudus, Jenang. Ada pesan tertulis yang sangat menarik di toko pusat oleh-oleh ini, dan tentu hal itu menggambarkan wajah Kudus yang seakan Kota Santri. 
Mural di pusat oleh-oleh, jenang 
Menarik bukan? Ayo segera ke Kudus ya, jangan lupa mampir juga ke tempat-tempat di sekitarnya. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Dan perjalan adalah bagian dari pengalaman itu sendiri. So, let's traveling guys ....


Sabtu, 19 Oktober 2019

Ibu

Ibuku sayang, Ibuku malang.

Pagi ini kelopakku terjaga
Manakala mimpiku
Sampai ke ujung yang urung sempurna
Tercuri butiran embun
Yang memutiara di pucuk ilalang
Terjeda oleh sapaan sang surya

Aku terjaga
Dengan sisa-sisa wewangian tubuhmu
Berbalut kerinduan yang semu 
Yang kian sirna oleh waktu



Apa salahmu, Bu. Hingga nyawamu kau pertaruhkan
Tak bisakah Tuhan memberimu nyawa tambahan
Agar aku bisa mengantarmu ke haribaan
Membalas kasihmu sepanjang zaman

Bu,
Kemana lagi kaki ini melangkah
Saat hati ingin bersua  
Kemana jua hendak bertangis mesra
Mengadu saat asa terhempas musnah

Kaki terhuyung
Menapak rindu
Saat netra bertatap rona
Yang semu namun nyata
Semua tentangmu, Bu
Yang tak pernah bertemu
Denganku,
anakmu.


Kamis, 17 Oktober 2019

Tantangan 6

Sedudo-Nganjuk

Meskipun terlahir di kota Bayu ini, penulis baru setahun yang lalu bisa menikmati keindahan air terjun Sedudo yang berada di desa Ngliman, kecamatan Sawahan, kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Dan Air terjun Sedudo ini memiliki ketinggian lebih dari seratus meter.

Dari segala penjuru, pengunjung dapat mengawali perjalanan dari Alun-alun Nganjuk lalu ke arah selatan melewati desa Loceret, lalu terus ke arah desa Ngliman, Sawahan. Dari Sawahan nanti ada beberapa plang penunjuk jalan ke arah Sedudo. Wisata ini bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Selain lokasinya yang di tengah hutan dengan jalanan yang terjal dan kadang basah, disamping kanan kirinya terdapat jurang dan pepohonan yang tinggi. Terkadang harus melalui jalan yang menyempit dengan jurang di salah satu sisinya, sehingga mengharuskan para pengendara ekstra hati-hati.

Wisata Sedudo, kini telah tertata rapi dengan adanya pagar di sekeliling tempat jatuhnya air, juga terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan anak tangga yang tersebar disekitarnya guna memudahkan perjalanan para pengunjung. Air terjun Sedudo juga dipercaya menyimpan banyak sekali khasiat. Dan dimanfaatkan pula untuk penyucian benda pusaka serta tontonan budaya pada saat-saat tertentu.
Hiking pramuka bersama anak-anak

Untuk perjalanan ke Sedudo, dibutuhkan stamina yang sehat dan kendaraan yang kuat untuk jalanan yang naik turun dengan tikungan yang curam. Petunjuk dari google map sangat membantu bagi mereka yang baru pertama kali ke Sedudo. Biaya masuk perorang Rp 10.000,- dengan karcis parkir motor Rp 2000,- dan mobil Rp 5000,- Loket pembayaran dibuka pukul 08.00 sampai pukul 16.00 setiap hari jika cuaca cerah atau tidak sedang musim hujan.

Puluhan anak tangga yang harus dituruni, mengharuskan pengunjung ekstra hati-hati. Belum lagi jalanan yang licin karena cipratan air. Pihak pengelola telah membuat pagar di samping kanan-kiri tangga dan juga menata dengan rapi tempat para penjaja makanan, musholla, kamar mandi, tempat untuk sekedar basah-basahan (mandi dengan air terjun yang dialirkan seperti sungai/bendungan) agar para pengunjung aman dan bebas bermain bersama keluarganya.

Melewati puluhan anak tangga untuk turun

Makanan yang ditawarkan beragam, mulai dari kerupuk pecel (makanan khas Nganjuk), nasi jagung, jajanan pasar, berbagai macam mi instan, dan berbagai macam minuman hangat yang tentunya sangat nikmat dalam suasana yang dingin.

Pengunjung tentunya dapat mengambil gambar dari berbagai titik spot. Ada beberapa tempat yang memang disediakan untuk pengambilan gambar air terjun Sedudo, yang tentunya akan sangat indah hasilnya jika cuaca tidak sedang berkabut atau hujan. Maka, jaket dan payung hendaklah dipersiapkan setiap kali kita hendak bepergian. Nah, seru kan? Ayo ajak teman-temanmu berkunjung ke Sedudo, Nganjuk. Pasti asyik, apalagi rame-rame ....
Spot yahut untuk berpose

Arena basah-basahan 

Cacar Air

Anak Pondok

Semalam selepas sholat Isya, tiba-tiba ada pesan singkat masuk ke gawai dari pondok tempat anakku menuntut ilmu. "Bu, ini putranya terkena cacar air. Mau tetap di pondok apa di bawa pulang?"

Seketika langsung ingatanku melayang saat aku dulu juga pernah mengalami sakit cangkrangen ini. Pusing, letih dan lesu saat pertama datang demam. Belum lagi rasa gatal yang sangat di sekujur tubuh. Maka  tanpa basa basi lagi, langsung kujawab pesan pemberitahuan dari pengasuh itu bahwa besok akan kami jemput.

Sebelum sampai pondok, sempat kutanyakan pada teman-teman apa obat alami untuk cacar air ini. Dan mereka menyarankan, bahkan memberi langsung padaku obatnya, yakni daun Binahong. Tidak cukup itu saja, bahkan ada yang memberi daun Kelor dan daun Sirih. Semua bisa digunakan untuk mandi atau ditumbuk lalu dioleskan ke seluruh tubuh.

Bersyukur, anakku terlihat baik-baik saja. Meski banyak sekali bintil-bintil cacar di tubuhnya, tetapi dia tetap ceria dan nafsu makannya pun baik. Sebelum pulang, dia bercerita bahwa jajannya telah dibagikan ke teman-teman dan dia mengajak untuk membeli beberapa makanan di dekat pondoknya.

Hal yang paling disyukuri seorang ibu itu adalah kebahagiaan anaknya. Meskipun awal mondok dulu pasti ada tangisan antara ibu dan anak, namun peraturan untuk tidak sambang dahulu sebelum 41 hari itu sungguh sangat efektif. Hati ibu maupun anak, sama-sama bisa saling mengikhlaskan dan legowo. Karena bagaimanapun, anak itu ibarat anak panah yang siap diluncurkan dari busurnya. Tugas orangtua hanya mengarahkan, mendukung, dan mendoakannya. Semoga engkau memberi manfaat bagi zamanmu nak, aaamiiiin ....





Rabu, 16 Oktober 2019

Ummu Shibyan

Gangguan  Jin (Ummu Shibyan) Pada Anak  Kecil atau Balita.

Dalam tradisi orang Jawa di pedesaan dari dulu, bahkan sebagian besar kota di Jawa Timur sampai sekarang, jika mempunyai anak balita ketika menjelang magrib, orang tua akan membawa masuk ke dalam rumah, agar tidak terkena gangguan jin. Apakah di daerahmu juga ada tradisi seperti itu ?

Tradisi tersebut bukan isapan jempol melainkan  berasal dari Hadits Kanjeng Nabi Saw.

عن جابر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لاَ تُرْسِلُوا فَوَاشـيكُمْ، وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ، حَتَّى تَذهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ، فَإِنَّ الشـياطِينَ تَنْبَعِثُ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ

“Dari Jabi berkata Rasulullah saw. bersabda; Jangan lepaskan hewan-hewan ternak dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sampai berlalunya awal Isya karena para setan berkeliaran antara waktu terbenamnya matahari sampai berlalunya awal Isya.” (HR. Muslim ).

Semua anak yang masih kecil atau balita rata-rata mata ghaibnya terbuka, sehingga tidak mengherankan sering melihat menampakan atau di datangi makhluk jin, jika yang datang jin-nya kecil dan lucu seperti tuyul,  anak balita justru senang  bahkan banyak yang bermain bersama mereka.

Jika yang datang bentuknya jelek dan menakutkan, anak kecil ketakutan dan menangis sejadi-jadinya, sambil kedua matanya melebar, bahkan kadang disertai kejang-kejang. Itu tandanya  histeris ketakutan.

Padahal belum tentu  jin yang datang tersebut itu mau menyakiti, kebanyakan mereka sangat gemas dan senang sekali dengan anak kecil, seperti halnya manusia yang suka  gemas dengan anak kecil. Karena bentuknya jin tersebut menakutkan, akhirnya anak kecil ketakutan.

Tanda-tanda balita/bayi terkena gangguan jin:

1.Bayi menangis melalak (matanya terbelalak memandang ke atas / sudut tertentu).

2.Ketika anak tersebut berjalan, lalu tiba-tiba terjatuh. Seakan didorong.

3.Mengigau sambil mengatupkan gigi berulang kali.

4.Demam tinggi hanya selepas asar hingga sebelum subuh.

5. Menangis tiada henti (ngroeng) tanpa airmata.

Jika anak anda yang masih kecil mempunyai gejala-gejala di atas, padahal sudah dibawa ke dokter masih rewel terus, maka jangan panik.  Anda bacakan ayat kursi tiga kali lalu tiupkan di kening anaknya yang lagi rewel tersebut.

Bacakan ayat “ Summ-mmum bukmun 'umyung fahum laayar ji’un” tiga kali tanpa nafas, lalu tiupkan di keningnya  dan pada bagian yang sakit, jika masih rewel ulangi lagi bacanya, ssampai anaknya diam.

Bisa juga bacakan sholawat tiga kali lalu anda tiupkan ke keningnya. Cara lainnya adalah dengan membacakan surat al-Ikhlas, surat al-Falak dan surat An-Nas lalu tiupkan di keningnya atau dahinya.

Agar rumah tidak ditempati oleh Jin, di samping menjaga kebersihan, maka janganlah menyimpan benda-benda keramat yang berkhodam (berisi energi ghaib), rumah sering di pakai sholat, membaca al-qur’an dan dzikir atau meditasi, maka Insyaalloh semua energi negatif akan pergi dari rumah, karena rumahnya bercahaya.

Jadikanlah rumah kita bercahaya dengan shalat, amalan di waktu malam, juga dengan lantunan Al Qur’an. Jangan isi rumah tersebut dengan tayangan mistik (seperti tayangan kesurupan atau klenik di TV), Hindari lukisan hewan ular, kuda atau wanita yang menempel di dinding rumah, Hindari boneka yang matanya seperti mustika, hindari patung ular, kuda dan harimau. Hindari juga warna merah di selimut dan bantal yang berlebihan.

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan :

لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

“Janganalah jadikan rumah kalian seperti kuburan karena setan itu lari dari rumah yang didalamnya dibacakan surat Al Baqarah.” (HR. Muslim no. 1860)

اجعلوا في بيوتِكم من صلاتِكم، ولا تتَّخِذوها قبورًا

“Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan jadikan sebagai kuburan”

أفضل صلاة المرء في بيته إلا المكتوبة

“shalat yang afdhal bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat-shalat wajib” (HR. Al Bukhari no. 7290)

=====


Ditulis ulang dari hasil kajian dari Ustadz Allama al Wafa-Founder Jam'iyah Ruqyah Aswaja, Jawa Timur.

Selasa, 15 Oktober 2019

senja

Pada senja yang kian merentang
Menutup hari menyambut petang 
Kutitipkan rasa yang begitu mendalam 
Pada dia yang telah menyatu dengan alam 

Berlalu keping kenangan 
Menghambur bersama angan 
Untaian doa selalu dilangitkan 
Netra menutup penuh kemenangan 

Senja, 
Rasa ini tentang aku dan dia 
Mengukir syahdu yang kian menggelora 
Tak bisakah malam berpesta 
Menari sendu mengusir lusa
Berkawan sunyi berhias purnama

Senja,
Tarian burung di awan sana
Membuat iri rindu yang menggema
Berlabuh asa lewat kidung nirwana
Menggantung tawa di cakrawala

Lewat angin yang berhembus angkuh
Kulayangkan kisah yang begitu menyentuh
Walau raga tak mampu merengkuh
Kasihku abadi hingga tubuh bersimpuh

Angan, merajut asa menghapus luka, tinggal kenangan. 

Kawan, mengukir kenangan menyimpan dalam ingatan, abadi. 

Senin, 14 Oktober 2019

Sc

Sectio Caesarea 

Adalah dua orang kakak beradik yang terlahir dengan jarak yang lumayan dekat, enam belas bulan. Vina, sang kakak. Dan Vani, sang adik. Mereka tidak pernah akur walaupun semuanya sama, dari pakaian, sepatu, sampai mainan pun sama. Meski terkadang beda warna atau corak untuk membedakan kepemilikan.

Setiap saat, ibu mereka berpesan kepada sang adik supaya mengalah pada kakaknya, karena memang kondisi Vina lebih rapuh, sering sakit bahkan pingsan. Sang adik merasa ibunya tidak adil padanya, karena ia selalu saja diminta untuk mengalah.

Keduanya bersekolah di tempat yang sama sampai akhirnya masuk perguruan tinggi yang sama pula. Merasa tidak cocok dengan kepribadiannya, Vani memberontak untuk menolak  mengambil kuliah yang sama dengan kakaknya di bidang pendidikan. Ibu menasihati Vani agar tetap mengikuti keinginan orang tua dan menemani Vina, kakaknya.

Sampai pada akhirnya Vina bertemu jodohnya saat semester tiga dan pindah kuliah ke tempat yang dekat dengan suaminya. Lalu, karena kehamilan yang payah, Vina memutuskan untuk cuti satu tahun. Sedangkan Vani tetap meneruskan kuliahnya. Ketika semester lima, sang adik menemukan jodohnya dan keduanya pun mengadakan perayaan/walimahan bersama. Karena sebelumnya Vina hanya melakukan akad tanpa resepsi.

Kehidupan rumah tangga keduanya berjalan sebagaimana adanya. Vina masih meneruskan kuliahnya meskipun sedikit tersendat. Sedangkan Vani telah lulus dan mengajar di Sekolah Dasar. Suatu ketika, sang kakak mengalami sakit perut yang sangat pasca operasi ketiganya. Tidak ada yang tahu apa penyebab pastinya. Namun, diperkirakan masuknya makanan bertekstur keras pasca operasi. Operasi pertama dan kedua, dokter menyarankan tidak boleh makan atau minum sebelum pasien bisa "buang gas". Sedangkan pada operasi ketiganya, dokter mengatakan tidak apa-apa langsung makan atau minum meskipun belum "buang gas".

Hingga akhirnya, ajal pun menjemput. Dengan meninggalkan tiga putrinya yang masih kecil. Vani sebagai adik, barulah ia menyadari mengapa dari dulu ibunya selalu berpesan supaya mengalah untuk kakaknya, Vina. Dan tidak ada penyesalan yang datangnya di awal.

Maka Vani memutuskan untuk terus mengabdikan dirinya sebagai guru, yang mampu membimbing anak-anak untuk mengerti tentang agama, tentang membaca dan mencintai Alquran, serta mengenal negaranya, sebagaimana cita-cita kakaknya dahulu. Dan takdir memang selalu yang terbaik. Andai dia tidak mau lagi kuliah, andai dia tetap membenci kakaknya, andai dia terus membangkang pada orangtuanya ....

Minggu, 13 Oktober 2019

Ruqyah

Kesurupan

Adalah si Endang, perempuan paruh baya dari keluarga Pasundan yang menikah dan menetap dengan lelaki Jawa. Karena sering marah-marah tanpa sebab yang jelas, ia pun dijauhi dan jadi bahan gunjingan saudara suami serta tetangganya.

Sampai suatu ketika, ia mengalami pembengkakan dan gatal di sekujur tubuhnya. Dokter dan obat-obatan tidak mampu menyembuhkannya. Salah seorang tetangga yang merasa kasian, menyarankan dia untuk pergi ke salah satu rumah Kiai, yang memang biasa mengobati segala penyakit. Karena merasa baik-baik saja, ia pun menolak mentah-mentah. Gatal disekujur tubuhnya semakin parah, seperti biduren tetapi disertai pembengkakan.

Suatu ketika, datanglah putri Kiai itu untuk berbagi makanan. Kaget bercampur heran tetangganya ada yang mengalami hal yang tidak wajar dan menolak mendatangi ayahnya. Ia pun merayu dengan mengatakan "Ayo main ke rumahku saja" dan mereka pun sampai di depan pintu. Tiba-tiba Endang berbalik dengan cepat dan melarikan diri. Sontak, semua laki-laki yang ada di situ (para santri) mengejar dan membopong Endang yang memberontak. Lima lelaki yang memeganginya sempat kena tendangan, pukulan, bahkan ludahan dari Endang yang sudah tidak sadarkan diri. "Cicing ... Cicing ... Hheh ... Saha ieu, Hheeh ... Cicing!" Suara lengkingan dari mulutnya disertai sumpah serapah dengan bahasa sunda yang tentu saja kami tidak mengerti.

Namun maksudnya menyuruh pergi semua orang yang memeganginya. Bacaan doa serta ayat-ayat Alquran menggema bersamaan dengan teriakan histeris yang sangat melengking. Akhirnya, tangan dan kaki Endang di tali dengan kain putih panjang, agar tidak melukai orang-orang yang di sekelilingnya. Bacaan dzikir, doa, serta ayat-ayat Alquran terus dibacakan, mulai dari Alfatihah, Ayat Kursi, Al Ikhlas, Al falaq, Annas, dan Al Kafirun. Tak lupa shalawat Thibbil Qulub dan Hizb Nasr dari Syeikh Hasan Asyadzili.

Keadaan Endang berangsur tenang dan lemas karena banyak tenaga yang dikeluarkan. Lalu ia diberi minum dan dinasehati agar rutin membaca surat-surat yang dibacakan tadi. Ditambah mandi serta minum serbuk bidara yang harus dilakukan tanpa terputus selama dua minggu atau maksimal empat puluh hari.

Daun bidara memang banyak sekali manfaatnya selain memang sebagai racun bagi bangsa ghaib. Tak lupa memohon ampun kepada Allah dan meminta kekuatan supaya dapat istiqomah di jalanNya. Memaafkan dan memohon maaf pada suami, anak, serta kedua orangtuanya. Karena kita pun tidak tahu, kesalahan apa yang pernah kita lakukan, sehingga Allah menegur dengan keadaan yang seperi itu. Wallahua'lam bisshowaab.


Jumat, 11 Oktober 2019

Azazil-sang pembangkang

Sang Pembangkang

"Tahukah kalian, siapa azazil itu?" Tanya bu guru saat itu.
"Tidak tahu ..." serempak kami menjawabnya.
"Dahulu kala, saat penciptaan manusia pertama, Allah memerintah para malaikat, termasuk azazil untuk bersujud tanda penghormatan untuk Adam. Semuanya bersujud kecuali Azazil ini. Karena dia merasa lebih terhormat karena diciptakan dari api. Maka dia berani membangkang dan membuat Allah murka. Sejak saat itulah dia disebut Iblis, si pembangkang. Na'udzubillah min dzalik"

Kami yang antusias mendengar cerita dan masih mengenakan mukena selepas jamaah maghrib, tiba-tiba dikejutkan oleh suara erangan dari arah belakang.
"Hentikan. Heemm ... Hhmm.. Hentikan ocehanmu! Hhmm ... Siapa kamu berani bicara tentang kami! Hhmm ..." Suaranya besar dan mengerang, sangat menakutkan.

Sontak kami semua berhamburan panik karena takut. Namun, bu guru dengan bahasa isyarat menyuruh kami tenang dan menjauh dari teman kami itu. Bu guru memegang pundaknya,
"Endang, istighfar ... Aataghfirullahal'adziim ..." Bu guru memegangi tangannya yang mulai meronta.
"Diaaaaaam ... Hhmm ..." Nampak ia berusaha menutup telinganya karena bu guru terus melafalkan dzikir dan doa-doa.  Kaki Endang malah menendang-nendang bu guru sampai akhirnya dikempit di antara kaki bu guru.

"Anak-anak baca ayat kursi yang keras."
Spontan kami pun membacanya dengan nyaring sambil memperhatikan teman kami yang sudah menggelepar di lantai, setelah bu guru mengusapkan air pada muka, tangan dan kaki Endang. Air itu sebelumnya di dekatkan pada mulut bu guru lalu dibacakan doa.
Endang yang sudah pingsan akhirnya dibopong masuk ke ruangan bu guru dan di tunggu oleh dua orang teman. Kami melanjutkan kajian yang sempat terputus tadi.

"Tidak apa-apa ya, tadi itu biasa. Mungkin Endang pas lagi tidak sholat ya?"
"Iya, Bu."
"Oh, makanya. Ya sudah kita lanjutkan lagi. Saat Azazil dimurkai oleh Allah, dia bersumpah akan menggunakan anak cucu adam sebagai temannya di neraka, tentu saja kecuali mereka yang berbuat baik, mau sholat, mengaji, dan patuh pada orang tuanya. Anak-anak mau jadi teman iblis?"
"Tidak, Bu ..."
"Nah, berarti harus jadi anak yang baik ya ... Pertemuan besok, Bu guru akan menceritakan tentang kenapa Adam dan Hawa diturunkan ke bumi."
"Asyik ..." Jawab anak-anak serentak.
Dan kajian pun harus terhenti karena azan Isya telah berkumandang.

Bu guru menghampiri Endang yang sudah siuman. Mereka bicara serius dan terlihat tangan bu guru mengusap-usap kepala Endang. Setelah itu kami pun berjamaah.

Kamis, 10 Oktober 2019

Tantangan 5

Meminta Hujan 

Rindu yang menghinggapi relung ini
Tiada mampu tersirat diksi
Menata kata menghimpun puisi
Berkawan senja berkisah fiksi

Mengharap tanah segera basah
Oleh gerimis pembawa berkah
Menggulung awan mengarak harapan
Mengusir gersang menyambut kehidupan

Siang malam doa dilangitkan
Mencium tanah penuh kerendahan
Dua rakaat salat didirikan
Dua kali pula rukuk dilakukan

Tanah lapang menjadi pasujudan
Pakaian sederhana harus dikenakan
Tanpa hiasan maupun wewangian
Menengadah memohon hujan segera diturunkan ...

Wahai Zat Yang Maha Mulia
Turunkan pada kami
Air yang melimpah
Yang memberi berkah
Serta menentramkan jiwa-jiwa kami.

Dalam gersang menanti hujan
Dalam bimbang memupuk harapan
Masihkah berani mencela awan
Saat tiada begitu kau rindukan

Meniti bayangan
Menghalau kenangan
Dalam rintik hujan
Yang begitu membahagiakan
Lekaslah datang, wahai engkau yang dirindukan ....






Kerupuk

Kerupuk upil

Bukan makanan
Apalagi cemilan
Dia hanya pelengkap
Atau bahkan teman di tanggal darurat

Dicari saat berkurang rasa
Ditinggal saat banyak pilihan
Meski begitu tetaplah mengudara
Berteman pasir penambah rasa

Ringan di mulut
Berat di perut
Bukan massanya
Tapi alirannya 

Banyak jenis disebut sama
Banyak rasa ditulis beda
Kadang hidup begitu adanya
Orang lain takkan mengerti apa yang sebenarnya

Putih kuning merah coklat
Tertulis pedas, manis di rasa
Bukanlah teman yang tega berkhianat
Bermuka dua tak bisa dipercaya

Menyimpan tabu membuka semu
Mengukir rindu, Sahabat.

Berjalan pasti menggapai mimpi
Lewat literasi, Abadi.
Khas Nganjuk 




Rabu, 09 Oktober 2019

Gagak

Gagak

Burung gagak merupakan hewan yang cerdas meski sering dikaitkan dengan kematian atau kemistisan. Namun, gagak juga disebut dalam Al-Qur'an ketika Allah memberi pelajaran kepada Qabil yang membunuh Habil, saudaranya. Mereka berdua adalah putra dari Nabi Adam As.

Demikianlah Allah memberi pelajaran bagi manusia, dengan perantaraan burung gagak. Namun penulis tidak akan membahas tentang gagak lebih panjang lagi, tetapi pembahasan kali ini adalah tentang anak burung gagak.

ANAK GAGAK

Anak burung gagak, dalam bahasa arab disebut "bughat". 

Seorang ulama dari Suriah bercerita tentang do'a yang selalu ia lantunkan. Ia selalu mengucapkan do'a seperti berikut ini.

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺭﺯُﻗﻨَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺮﺯُﻕُ ﺍﻟﺒُﻐَﺎﺙََ

Ya Allah, berilah aku rezeki sebagaimana Engkau memberi rezeki kepada bughats.

Apakah "bughats" itu?
Dan bagaimana kisahnya?
"Bughats" anak burung gagak yang baru menetas. Burung gagak ketika mengerami telurnya akan menetas mengeluarkan anak yang disebut "bughats".

Ketika sudah besar dia menjadi gagak, atau dalam bahasa arab disebut "Ghurab". 
Apa perbedaan antara bughats dan ghurab?

Telah terbukti secara ilmiah, anak burung gagak ketika baru menetas warnanya bukan hitam seperti induknya, karena ia lahir tanpa bulu. Kulitnya berwarna putih.
Saat induknya menyaksikanya, ia tidak terima itu anaknya, hingga ia tidak mau memberi makan dan minum, lalu hanya mengintainya dari kejauhan saja.

Anak burung kecil malang yang baru menetas dari telur itu tidak mempunyai kemampuan untuk banyak bergerak, apalagi untuk terbang.

Lalu bagaimana ia makan dan minum?
Allah Yang Maha Pemberi Rezeki yang menanggung rezekinya, karena Dialah yang telah menciptakannya.

Allah menciptakan "aroma" tertentu yang keluar dari tubuh anak gagak tersebut, sehingga mengundang datangnya serangga ke sarangnya. Lalu berbagai macam ulat dan serangga berdatangan sesuai dengan kebutuhan anak gagak dan ia pun memakannya.

Keadaannya terus seperti itu sampai warnanya berubah menjadi hitam, karena bulunya sudah tumbuh. Ketika itu barulah gagak mengetahui itu anaknya dan ia pun mau memberinya makan sehingga tumbuh dewasa untuk bisa terbang mencari makan sendiri.

Secara otomatis aroma yang keluar dari tubuhnya pun hilang dan serangga tidak berdatangan lagi ke sarangnya. Dan Allah Maha Penjamin Rezeki.

... نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا

Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia...
(QS. Az-Zukhruf: Ayat 32)

Rezekimu akan mendatangimu di mana pun engkau berada, selama engkau menjaga ketakwaanmu kepada Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam:

"Sesungguhnya Malaikat Jibril membisikkan di dalam qalbuku bahwa seseorang tidak akan meninggal sampai sempurna seluruh rezekinya. Ketahuilah, bertaqwalah kepada Allah, dan perindahlah caramu meminta kepada Allah. Jangan sampai keterlambatan datangnya rezeki membuatmu mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya tidak akan didapatkan sesuatu yang ada di sisi Allah kecuali dengan menta'atinya."

Selamat bekerja.
Semoga hidup kita dicukupkan oleh rezeki yang halalan thoyyiban dan dipenuhi keberkahan didalam mencari karuniaNya, aaamiiiiin ....

Selasa, 08 Oktober 2019

Punakawan

Punakawan, 

Adalah tokoh yang ditampilkan sebagai kelompok penceria dalam pewayangan, terutama wayang kulit. Tokoh Punakawan diceritakan dengan humor khasnya masing-masing serta memiliki karakter yang patut untuk diselami lebih dalam. Mereka dianggap sebagai abdi atau pengikut setia para Ksatria Pandawa.

Para tokoh Punakawan 

Wayang kulit merupakan salah satu seni pertunjukan yang cukup melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia, khususnya di tanah Jawa. Dan Sunan Kalijaga-lah yang telah mengenalkan ajaran Islam lewat pewayangan.

Hal ini terjadi karena pertunjukan wayang jenis ini memiliki beragam kisah yang menarik. Bahkan beberapa kisah diambil dari kisah sastra kuno seperti kisah Ramayana hingga Mahabarata. 

Satu hal yang cukup menarik dalam seni wayang di Indonesia yakni terdapat beberapa tokoh wayang yang khas dan menghadirkan berbagai pesan moral. Salah satunya ialah tokoh Punakawan yang sengaja diciptakan oleh pujangga Jawa. 

Punakawan, berasal dari kata “Pana” yang berarti “paham” dan “kawan” yang berarti teman. Punakawan terdiri dari empat lakon, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. 

Semar, tokoh bertubuh pendek, wajah putih, perut buncit, diyakini berasal dari Bahasa Arab, “Simaarun- simaarud dun-ya” yang artinya Paku. Bermakna bahwa kebenaran ajaran Islam adalah kokoh laksana paku bumi. 

Gareng, yang berhidung bulat, lengan kurus dan berkuncir, berasal dari kata “Naala Khoiron” yang artinya, ajaran Islam memiliki banyak nilai kebaikan, akhlak terpuji dan toleransi. 

Karakter berhidung panjang dan kulit hitam, Petruk, diambil dari kata “fatruk kulla maa siwallaahi”, maknanya adalah perintah untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak diridhoi Allah. 

 Yang terakhir, Bagong, berasal dari kata “Baghoo” yang berarti berontak terhadap segala bentuk kebatilan baik yang dhahir maupun batin. 

Merekalah tokoh Punakawan yang jenaka dan bijaksana. Sunan Kalijaga bermaksud memberi pelajaran tentang moral atau budi pekerti yang baik lewat nama dan tingkah mereka yang dimainkan oleh dalang. Selamat menonton. 


Senin, 07 Oktober 2019

Give and give

Sedekah

Kokok ayam jago bersahutan, matahari mulai muncul dari balik pepohonan. Hawa yang dingin membuat sebagian orang merasa malas beranjak dari peraduan. Nampak seorang wanita paruh baya yang berjalan tergopoh-gopoh menuju sebuah bilik.
"Sudah pagi, ayo lekas bangun le ... Jangan kalah sama ayam jago itu." Suara simbok mengetuk pintu. 
"Iya, sebentar, Mbok." 
"Ayo cepat, lekas berbenah. Atau simbok masuk ini?" 
"Tidak, tidak usah, Mbok. Aku siap-siap." 

Keduanya telah bersiap untuk pergi ke pasar. Setiap hari Jum'at, Simbok meminta anaknya untuk mengantarkannya ke pasar.
"Kenapa sih, Mbok. Setiap hari Jumat mesti kita belanja banyak?"
"Untuk dimasak, le."
"Kok banyak?"
"Oh itu, sebelum sholat Jumat, nasi-nasi itu diletakkan di mesjid. Siapapun nanti boleh mengambil."
"Lha kenapa?"
"Ya untuk sedekah, le. Siapa tahu bermanfaat bagi orang lain."
"Oo begitu ya."
"Mau dengarkan cerita tentang sedekah?"
"Mau, mau ..."
Simbok tersenyum, lalu menceritakan;
__________

Alkisah, datanglah seorang pengemis mengetuk pintu rumah Rasulullah SAW.
"Saya pengemis, ingin meminta sedekah dari Rasulullah."
Lalu, Rasulullah pun berkata kepada istrinya,
"Wahai Aisyah, berikan baju itu kepada pengemis." Sayyidah Aisyah pun melaksanakan perintah Nabi.

Dengan hati yang sangat gembira, pengemis itu menerima pemberian beliau, dan langsung pergi ke pasar serta berseru di keramaian orang di pasar,
"Siapa yang mau membeli baju Rasulullah?"
Maka dengan cepat berkumpullah orang-orang, dan semua ingin membelinya.

Ada seorang yang kaya, namun buta. Saat itu ia juga mendengar seruan tersebut, lalu menyuruh budaknya agar membeli baju Rasulullah dengan harga berapapun yang diminta. Dan ia berkata kepada budaknya,
"Jika kamu berhasil mendapatkannya, maka kamu merdeka”.

Akhirnya budak itupun berhasil mendapatkannya. Kemudian diserahkanlah baju itu pada tuannya yang buta tadi. Alangkah gembiranya si buta tersebut, dan dengan memegang baju Rasulullah itu, ia berdoa,
"Yaa Rabb..., dengan hak Rasulullah dan berkat baju yang suci ini, kembalikanlah pandanganku... "

Masyaa Allah...
dengan izin Allah, spontan orang tersebut dapat melihat kembali.
9Keesokan harinya, iapun pergi menghadap Rasulullah dengan penuh gembira dan berkata,
"Wahai Rasulullah ... Pandanganku sudah kembali, maka aku kembalikan baju ini kepadamu, sebagai hadiah dariku."

Rasulullah pun tertawa hingga tampak gigi gerahamnya, padahal biasanya Rasulullah jika tertawa maka beliau cukup tersenyum saja. Kemudian Rasulullah berkata kepada Sayyidah Aisyah,
"Perhatikanlah baju itu wahai Aisyah
.., dengan izin dan berkahNya, ia telah mengkayakan orang yang miskin, menyembuhkan yang buta, dan memerdekakan budak. Dan sekarang baju itu kembali lagi kepada kita.
__________

"Itulah kisahnya lee. Semoga sampai kapanpun kamu bisa mengingat dan menirunya ya." Simbok tersenyum dan mengusap kepala anaknya. Mereka pun tertawa sambil menikmati hamparan sawah dari atas mobil Tossa yang membawa mereka ke pasar.


Minggu, 06 Oktober 2019

Dyah Pitaloka II

Tantangan 4(end).

Putri Dyah Pitaloka yang sebelumnya berada dalam kancah peperangan di Pesanggrahan Bubat, kini berada di tengah kerumunan manusia di negeri antah berantah. Seolah ia terlempar ratusan mil ke zaman yang tidak dikenalnya, sangat berbeda dengan tempat asalnya dahulu. 
Baca ini dulu ya kawan ...
https://lilisodop7.blogspot.com/2019/10/tantangan-4.html

Pepohonan yang rindang berganti dengan bangunan yang seakan menyentuh nirwana. Air yang biasa mengalir, kini dimasukkan dalam wadah kecil yang tertutup rapat. Belum lagi pakaian yang sama sekali tidak ia mengerti harus menempel pada tubuhnya.  Dan terlebih mereka semua berteriak sambil mengangkat benda yang sama seperti yang ada ditangannya. Benda yang mirip dengan kain lambang kerajaannya, namun sangat kecil dan ringan.

Dalam kebimbangan yang memuncak, datanglah seorang lelaki yang menepuk bahunya,
"Hai, kucari-cari dari tadi ternyata kamu di sini. Ayo tinggalkan barisan dulu, kita sudah ada janji dengan profesor Roem di Perpustakaan Nasional."
"Patih Mada? Maha Patih Gajah Mada?"
"Apa? Maha Patih Gajah Mada? Hahaa ... Kamu ini kenapa? Kebanyakan baca buku sejarah tadi malam ya." Ia menyeret tangan putri Dyah menyeruak keluar dari barisan para pendemo.

"Patih ... Hamba Dyah Pitaloka .. " belum selesai Sang Putri berbicara,
"Iya. Aku tahu kamu Dyah Pitaloka. Dan aku Made, bukan Mada. Ingat ya. " ia tertawa terbahak merasa temannya telah hilang ingatan karena panasnya sengatan matahari siang itu.

Keduanya telah berada di depan gedung yang sangat tinggi. Putri tercengang melihat bangunan itu. Di zamannya, bangunan tertinggi adalah tempat ia memuja para dewa, bangunan tempat tinggalnya pun tidak terlalu tinggi. Dengan berat hati, ia terpaksa mengikuti langkah lelaki di depannya, yang wajahnya mirip Maha Patih Gajah Mada, namun ia tidak mengakuinya.

"Ayo naik. Kita bertemu profesor di lantai sembilan, Layanan Naskah Nusantara." Ia menggandeng tangan putri Dyah dan masuk ke dalam sebuah kotak yang seakan berjalan membawa mereka ke suatu zaman yang berbeda lagi.

Di lantai sembilan, Profesor yang disebut lelaki itu sudah menunggu mereka. Putri sangat heran melihat semua benda yang di depannya. Ia dapat membaca seluruh tulisan yang tersebar di dinding yang ditulis dengan aksaranya. Belum lagi ada beberapa tulisan yang dikurung dalam sebuah benda bening.

 Ia menghampiri jejeran benda kotak yang tertulis banyak sekali nama, diantaranya "Babad Tanah Jawa", "Serat Pararaton", "Kidung Sunda", "Kidung Sundayana" dan masih banyak lagi. Putri membuka lembar demi lembarnya, membaca huruf-hurufnya dengan seksama, dari yang paling atas sampai yang paling bawah. Semua yang ada di dalam ruangan ia baca dengan cepat, lalu ... Ia meneteskan air mata.

Bukankah semua yang tertulis disini ini adalah kehidupannya di zaman itu? Kerajaannnya, keluarganya, bahkan titi mangsanya menunjukkan tahun Saka.  Kenapa semua tertulis dalam benda ini? Kenapa? Dan rasa ini ... Sepertinya ia pernah merasakannya, kapan? Dimana? Siapa aku ini? Siapa?...

Dan bumi pun berputar sangat cepat. Ruangan itu seolah ikut terseret dalam gelombangnya, termasuk Sang Putri. Gelap ... Lalu kembali terang. Saat Putri Dyah Pitaloka berusaha menyadarkan dirinya, ia telah kembali pada zamannya. Bukan saat peperangan dengan Gajah Mada, namun saat ia keluar dari peraduannya dan hendak menemui ayahandanya.

Putri yang berdiri tidak jauh dari raja Pajajaran, terdiam di tempatnya. Sampai suara raja mengembalikan kesadarannya.
"Ada apakah gerangan Ananda  Putri ingin bertemu Ayahanda secepatnya?"
Ia pun tersenyum untuk menutupi semuanya,
"Benerkah putri hendak dipinang Maharaja Majapahit, Ayahanda?" Dan Putri merasa perkataannya itu pernah ia ucapkan sebelumnya.
"Benar, Ananda. Patih Madhu dari Majapahit sendiri yang mengabarkan kepada kita." Ia pun melihat Patih Madhu menganggukkan kepala dan tersenyum padanya, persis seperti kejadian waktu itu.

Sebelum berangkat lawatan ke Majapahit, Putri Dyah menitipkan beberapa lembar tulisannya pada emban yang tinggal di Kerajaan. Ia berpesan supaya tulisannya itu diberikan kepada adiknya, saat ia dilantik menjadi raja. Dan rombongan pun berangkat dengan sukacita. Serrrrr ... Kejadian demi kejadian putri telah melaluinya sampai tiba ia berteriak pada Maha Patih Gajah Mada,
"Untuk apakah semua pengorbanan ini? Jikalau itu untuk hamba seorang, sudilah hamba menukar raga ini demi kerajaan. Namun, jika semua ini hanya demi hasrat Ayahanda belaka, ananda dari awal akan menolak pinangan ini."
Belum sempat Patih Gajah Mada menenangkan kerisauan Sang Putri, tiba-tiba dari arah belakang, tombak salah satu prajurit Bhayangkara menembus dada Sang Putri, hingga darah segar pun muncrat dari mulutnya. Gajah Mada sangat kaget karena ia tidak bermaksud membunuh calon istri Maharajanya.

Pada hembusan nafas terakhirnya,  Putri Dyah tersenyum dan berucap lirih, "Takdir sejarah memang tidak dapat dirubah." Dan ia pun menutup mata dalam damai dan dianggap sebagai tindakan "Bela Pati".

Kabar kematian seluruh rombongan Raja LinggaBuana sampai ke tanah Sunda. Kemarahan dan kesedihan yang memuncak mengantarkan mereka harus segera mengangkat raja baru. Dan itu adalah Pangeran Niskalawestu Kancana, yang tidak lain adalah adik Putri Dyah Pitaloka yang sekaligus keluarga kerajaan satu-satunya yang selamat karena tidak ikut dalam rombongan.

Sesuai pesan dari Sang Putri, Simbok emban yang biasa mengurus keperluan Putri Dyah selama hidupnya, menyerahkan beberapa keping tulisan di daun lontar. Pangeran sangat kaget membaca isinya, dan ia pun menangis tersedu. Setelah dapat menguasai dirinya, ia bertitah pada semua  rakyatnya,
"Putri telah mengetahui bahwa nirwana akan segera memanggilnya. Dan ia menulis bahwa semua yang terjadi adalah suratan takdir dari Dewata. Pajajaran dan Majapahit sesungguhnya masih ada hubungan darah. Karena nenek moyang kita, Raden Wijaya adalah putra dari Ibunda Dyah Lembu Tal yang merupakan keturunan  Ken Arok yang diboyong ke tanah Jawa. Kematian kakanda, mampu menyelamatkan pernikahan yang seharusnya tidak boleh terjadi. Karena kita saudara, sedarah."

Semua yang mendengarnya tidak percaya dam saling berbisik, dari manakah Sang Putri mengetahui itu semua? Kemudian datanglah satu utusan dari Majapahit yang menyampaikan permintaan maaf Maharaja Hayam Wuruk atas apa yang telah terjadi. Dan sebagai hukuman atas perbuatan pasukan Bhayangkara, Patih Gajah Mada diasingkan pada suatu daerah bernama Madakaripura.  Tindakan memaafkan dan kembali menjalin hubungan baik itu, menjadikan nama Ayahanda mereka mendapat julukan "Prabu-Wangi/Sili-Wangi) yang artinya "Memiliki sikap yang terpuji/baik".

Hubungan Pajajaran-Majapahit pun kembali seperti semula. Titah Maharaja Niskalawestu yang melarang mencari istri dari luar kerajaan atau dikenal dengan "Estri ti luaran" itu dimaksudkan supaya para pemuda dan pemudi tidak asal menjadikan orang luar (yang belum diketahui perangainya) sebagai pasangan hidupnya. Karena hidup hanya sekali, menikah pun juga sekali seumur hidup.
💖💖💖💖💖💖

(Kehidupan Zaman Now)

Pada lantai sembilan yang merupakan layanan naskah Nusantara, Dyah tersadar telah membuka beberapa manuskrip tentang Tanah Jawa dan Sunda. Ia sangat heran kenapa dirinya membuka itu semua padahal tidak paham apa yang tertulis di dalamnya, hanya saja ia menyadari bahwa air matanya mengalir hangat di pipinya.

"Asik banget kelihatannya. Lagi dapat tugas sejarah ya?" Suara Made mengagetkan. Ia mengambil duduk di sebelah Dyah,
"Apa cerita yang tertulis pada manuskrip ini?"
"Aku tidak tahu pasti, tetapi isinya menceritakan tentang dua kerajaan yang sempat berseteru."
"Wah, hebat kamu. Tidak bisa baca tulisannya, tetapi bisa tahu isinya."
"Entahlah, seakan aku hanya tahu saja." Dyah berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi,
"Sebetulnya, kenapa kita disini?" Ia nampak bingung.
"Hahaha ... Amnesia parah kamu, Dyah. Sudah ayo kita kembali pada barisan. Anak-anak menunggu kita di bawah." Made menarik tangan Dyah sambil menganggukkan kepala, isyarat pamit undur diri pada professor Roem...
Sejarah mungkin tidak dapat dirubah, namun selalu dapat memberi ibrah atau pelajaran bagi generasi sesudahnya. 


*TAMAT*

Kisah ini tentu sudah dirubah oleh penulis. Dan untuk memulai kalimat pertamanya, butuh keberanian yang tiada terkira. 😊🙏



Sabtu, 05 Oktober 2019

Tantangan 4

Dyah Pitaloka

Begitulah nama indah pemberian ibunya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kadang pula orang memanggil namanya dengan Citra Rasmi, seorang yang diharapkan mampu memberi kejayaan pada kerajaannya, Pajajaran. Keelokan parasnya tersebar sampai pada kerajaan Majapahit, hingga sang Raja pun ingin mempersuntingnya.
Putri Dyah Pitaloka 

Kerajaan Sunda asal ia dilahirkan, tidaklah terlalu besar, namun rakyatnya hidup dalam damai dan berkecukupan. Hingga suatu ketika, tersiar kabar bahwa Maharaja dari kerajaan seberang hendak meminang istri dari kerajaan ini. Putri dari kerajaan Pajajaran. Antara percaya dan tidak mendengar berita itu, sang Putri pun memberanikan diri untuk bertanya kepada ayahandanya, Prabu Maharaja Lingga Buana.

"Ayahanda, benarkah hamba hendak dipersunting maharaja dari Majapahit?"
"Benar, Ananda. Patih Madhu telah menyampaikan kabar bahagia ini pada kita."
Patih Madhu, seorang mahapatih kepercayaan kerajaan Pajajaran yang selalu setia menemani raja dalam segala urusan. Ia berdiri tidak jauh dari singgasana raja dan nampak menganggukkan kepala sambil tersenyum kepada sang putri.

Mereka pun berbenah dan mengadakan lawatan ke kerajaan Majapahit dengan sukacita.  Arak-arakan yang dipimpin langsung oleh Raja Lingga Buana yang hendak mengantarkan putri kesayangannya menerima pinangan raja Majapahit, Hayam Wuruk.
Maharaja Majapahit, Hayam Wuruk. 

Dalam peristirahatan sejenak sebelum melanjutkan perjalanan, putri Dyah Pitaloka tidak sengaja mendengar percakapan para pengawal yang hendak mengambil air dari sungai.

"Maharaja menginginkan putrinya menikah dengan Majapahit supaya membuka jalan kita untuk kesana nantinya."
"Kesana bagaimana?"
"Ya nanti kita bakalan merebut kerajaan itu."
"Hus! Jangan bicara sembarangan kamu, bisa-bisa kepalamu melayang."
"Benar ini. Aku sempat mendengar langsung dari patih yang bekerja sebagai abdi ndalem." 
"Ah sudah-sudah, jangan bicara lagi soal ini. Tugas kita sekarang mengantar putri dengan selamat."
"Iya, iya, Sang Yang Widi yang menentukan nasibnya kelak."

Mereka tidak tahu kalau sang Putri yang sedang keluar dari tandunya untuk mencari angin segar, ternyata mendengar percakapan mereka dari balik pepohonan.

Dalam perjalanan, sang Putri terus memikirkan apa yang telah didengarnya. Benarkah semua itu? Bukankah kejam sekali jika terjadi perang antara anak dan orangtua? Apalagi sekarang raja Majapahit hendak menjadi suaminya. Bagaimana kehidupannya kelak? Tegakah ayahanda mencelakakan dirinya? Ah, tidak mungkin.

Tetapi, sejak awal putri Dyah sudah merasa janggal, kenapa ayahandanya langsung menerima pinangan itu tanpa bertanya dahulu pada dirinya. Bukankah Ayahanda selalu meminta pendapatnya jika ada seorang yang hendak melamarnya sebelum ini? .. Lamunan sang Putri tiba-tiba dibuyarkan oleh derap kuda yang mengepung arak-arakan rombongan mereka. Sang Putri hanya mengintip dari balik tirai tandunya.

Karena kaget dan merasa terancam, para pengawal langsung mengacungkan tombak dan pedang kepada meraka. Raja Lingga Buana dengan cekatan meminta agar semua tenang dan menayakan siapakah mereka.

"Siapakah Kisanak ini? Dan hendak perlu apa dengan kami?"

"Hamba adalah Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit. Keperluan hamba menyampaikan titah Maharaja untuk menerima pinangan ini sebagai tanda ketulusan kerajaan Pajajaran yang bersedia tunduk dibawah pengawasan Majapahit."

"Hai, apa! Tunduk pada Majapahit? Tidak mungkin! Alangkah beraninya Hayam Wuruk meremehkan pernikahan ini. Kita tidak bisa terima!"

"Hamba hanya menyampaikan titah raja."

"Tidak bisa! Katakan padanya, kami menerima pinangan ini karena dia sendiri yang meminta."

"Maafkan hamba. Titah raja tidak dapat ditolak."

"Kurangajar kau Patih! Pajajaran tidak akan tunduk pada siapapun!" Raja Lingga Buana sangat marah dan merasa dihina di depan putri dan rakyatnya.

Akhirnya, peperangan pun tak terelakkan lagi. Tanah Bubat yang tadinya subur, berubah menjadi merah darah karena peperangan kedua belah pihak yang saling mempertahankan egonya masing-masing.

Sang Putri  berusaha meredam kemarahan ayahnya agar menghentikan peperangan, namun tidak ada yang mendengarnya. Peperangan berlangsung sengit hingga menewaskan Maharaja Pajajaran dan semua pasukannya, kecuali sang Putri.

Dengan kesedihan yang memuncak melihat semua itu, sang Putri memilih untuk menemui Patih Gajah Mada memohon ampunan, dan mengatakan,
"Untuk siapa sebenarnya semua pengorbanan ini?" Ia terisak memeluk jasad ayahnya yang bersimbah darah.

"Kalaupun hanya untuk hamba seorang, bersedialah hamba untuk menukar raga hamba demi Pajajaran. Tetapi semua kini telah sia-sia. Ayahanda ... Jika semua ini untuk hasratmu belaka, ananda tidak akan pernah mau menyetujuinya sejak awal. Oh,  Ayahanda .... "

Jeritan pilu sang Putri seakan menyentuh takdir. Awan bergerak cepat,  bergulung dan menghitam. Tanah dan langit  menyatu dan berputar dalam pusaran angin kehidupan, membawa seluruh zaman ke negeri antah berantah. Gelap, lalu kembali terang.

Putri Dyah Pitaloka yang berteriak menangisi jasad seluruh rombongannya, tiba-tiba berdiri diantara kerumunan orang-orang yang tidak dikenalnya. Pada kehidupan yang sama sekali tidak diketahuinya. Dengan bahasa yang hampir sama namun jelas sekali berbeda. Siapakah meraka? Mengapa aku berpakaian seperti ini? Dimana ini? Apa yang sedang aku lakukan? Dimana Ayahanda dan para prajurit? Dimana Mahapatih Gajah Mada?

Dengan semua ketidaktahuannya di negeri antah berantah. 

To be continue ....

Pribadi Hebat

Pikiran sehat adalah pribadi yang sehat         Buku Pribadi Hebat ditulis oleh Prof. Dr. Hamka dengan penerbit Gema Insani....