Selasa, 17 Desember 2019

RCO 3

Perbedaan dalam pembelajaran di Indonesia dengan di Finlandia (sesuai buku "Teach like Finlandia")

Dalam buku yang ditulis oleh Timothy D. Walker, seorang yang berkebangsaan Amerika dan kemudian mengikuti istrinya pindah ke Finlandia dan mengajar disana, terdapat banyak sekali perbedaan cara mengajar orang Finlandia dengan dirinya, atau bahkan kebanyakan sekolah di dunia.

Saat pertama dia mengajar, tentu masih membawa kebiasaan dari tanah kelahirannya dengan mempersiapkan segala sesuatu dengan matang secara terperinci dan lengkap, karena menurut pendapatnya "Keberhasilan dari pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan mengajar pada pertemuan pertama". Namun ternyata ia mendapati para pengajar Finlandia tidak melakukan hal sama dengannyanya.

Timothy mulai menyesuaikan diri dengan sekitarnya, karena setelah ia membawa "gaya Amerika" nya untuk mengajar, anak-anak mulai mengeluh karena lelah. Di Amerika, seorang guru yang baik adalah yang bisa menghabiskan seluruh waktunya untuk mempersiapkan kegiatan belajar, mengoreksi tugas, dan membuat kelas selalu duduk diam mendengarkan pelajaran. Namun, di Finlandia sangat berbeda. Seorang guru tidak harus bekerja keras, tetapi bekerja cerdas.

Lalu, apa yang membedakan cara mengajar di Finlandia dengan di negara kita, Indonesia? Secara garis besarnya adalah "Mereka mengedepankan rasa saling memiliki" sedangkan di negara kita masih dengan "Selesaikan kewajiban dan aman untuk laporan ke atasan."

Coba kita renungkan sebentar, ketika anak- anak masih di bawah usia tujuh tahun, sekolah di negri kita telah mewajibkan adanya seragam, jam pelajaran banyak dihabiskan di dalam kelas, anak-anak harus bersikap baik dengan duduk mendengarkan guru. Setelah masuk ke Sekolah Dasar hingga menengah ke atas pun masih sama demikian.

Meski ada pelajaran olahraga, dan beberapa kali istirahat dalam sehari masuk, namun rasa saling memiliki di dalam tatanan sekolah di negeri kita masih sangat kurang. Bahkan masing-masing dari individu, sering kita jumpai lebih mementingkan "keamanan" diri sendiri.

Perbedaan yang lebih terperinci misal, di negara kita kelas lebih banyak terdapat hiasan dinding, tidak ada kelas berkebun atau memancing bersama, tidak ada guru dan murid yang makan di tempat yang sama, tidak ada guru yang bermain bersama murid selama istirahat atau menciptakan mainan bersama selama jam pelajaran, dan tidak ada kepala sekolah yang mengajar di kelas. Namun, akhir-akhir ini pemerintah mulai memperhatikan hal-hal tersebut dan menyarankan perubahan pada setiap sekolahan.

Sedangkan di Finlandia, anak-anak diberikan waktu luang lebih banyak, bergerak lebih banyak, dan menghabiskan waktu di alam bebas lebih sering, tentu dengan tetap melibatkan pengawasan dari guru-guru mereka. Bahkan disana tidak ada tugas atau pekerjaan rumah. Meskipun ada, guru memberikan tugas yang ringan dengan tenggang waktu yang relatif lama untuk penyelesaiannya.

Dalam buku "Teach like Finland" diungkapkan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk menanamkan rasa saling memiliki antar semua individu yang bersangkutan. Baik itu antara siswa dengan guru, guru dengan kepala sekolah maupun pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan peserta didik. Diantaranya dengan duduk bermusyawarah dengan stakeholder yang kompeten di bidangnya.

Yang tentu saja hal demikian ini masih jarang kita jumpai di sekolah-sekolah negeri kita. Dimana seorang guru duduk beberapa kali bersama stakeholder atau orang yang ahli dalam dunia pendidikan untuk mengeluarkan semua kerisauannya selama mengajar dan untuk mencari solusi terbaik bagi setiap anak di kelasnya. Lalu para stakeholder memberi masukan dan akan terus mengawasi untuk beberapa saat, yang tentu saja dalam hal ini sangat meringankan beban seorang guru.

Demikianlah perbedaan yang penulis ketahui di dua negara yang tentunya masing-masing memiliki kebijakan sendiri dengan mempertimbangkan banyak hal. Namun, tidak ada salahnya kita mengadopsi cara mengajar yang baik dan menyenangkan dengan melihat beberapa metode yang dituliskan oleh pengajar Timothy dalam bukunya "Teach like Finland". Selamat membaca ....




2 komentar:

  1. Pendekatan belajar di Finlandia emang terkenal ya..pernah baca ulasannya. Keren ^^

    BalasHapus
  2. ooow ternyaa begitu... sebagai negara pwndidikan terbaik, Finlandia patut dijadikan contoh..
    terima kasih reviewnya kakak, sangat informatif sekali.
    dari dulu aku oengen baca buku ini tetapi tk kesampaian😅

    BalasHapus

Pribadi Hebat

Pikiran sehat adalah pribadi yang sehat         Buku Pribadi Hebat ditulis oleh Prof. Dr. Hamka dengan penerbit Gema Insani....