Minggu, 13 Oktober 2019

Ruqyah

Kesurupan

Adalah si Endang, perempuan paruh baya dari keluarga Pasundan yang menikah dan menetap dengan lelaki Jawa. Karena sering marah-marah tanpa sebab yang jelas, ia pun dijauhi dan jadi bahan gunjingan saudara suami serta tetangganya.

Sampai suatu ketika, ia mengalami pembengkakan dan gatal di sekujur tubuhnya. Dokter dan obat-obatan tidak mampu menyembuhkannya. Salah seorang tetangga yang merasa kasian, menyarankan dia untuk pergi ke salah satu rumah Kiai, yang memang biasa mengobati segala penyakit. Karena merasa baik-baik saja, ia pun menolak mentah-mentah. Gatal disekujur tubuhnya semakin parah, seperti biduren tetapi disertai pembengkakan.

Suatu ketika, datanglah putri Kiai itu untuk berbagi makanan. Kaget bercampur heran tetangganya ada yang mengalami hal yang tidak wajar dan menolak mendatangi ayahnya. Ia pun merayu dengan mengatakan "Ayo main ke rumahku saja" dan mereka pun sampai di depan pintu. Tiba-tiba Endang berbalik dengan cepat dan melarikan diri. Sontak, semua laki-laki yang ada di situ (para santri) mengejar dan membopong Endang yang memberontak. Lima lelaki yang memeganginya sempat kena tendangan, pukulan, bahkan ludahan dari Endang yang sudah tidak sadarkan diri. "Cicing ... Cicing ... Hheh ... Saha ieu, Hheeh ... Cicing!" Suara lengkingan dari mulutnya disertai sumpah serapah dengan bahasa sunda yang tentu saja kami tidak mengerti.

Namun maksudnya menyuruh pergi semua orang yang memeganginya. Bacaan doa serta ayat-ayat Alquran menggema bersamaan dengan teriakan histeris yang sangat melengking. Akhirnya, tangan dan kaki Endang di tali dengan kain putih panjang, agar tidak melukai orang-orang yang di sekelilingnya. Bacaan dzikir, doa, serta ayat-ayat Alquran terus dibacakan, mulai dari Alfatihah, Ayat Kursi, Al Ikhlas, Al falaq, Annas, dan Al Kafirun. Tak lupa shalawat Thibbil Qulub dan Hizb Nasr dari Syeikh Hasan Asyadzili.

Keadaan Endang berangsur tenang dan lemas karena banyak tenaga yang dikeluarkan. Lalu ia diberi minum dan dinasehati agar rutin membaca surat-surat yang dibacakan tadi. Ditambah mandi serta minum serbuk bidara yang harus dilakukan tanpa terputus selama dua minggu atau maksimal empat puluh hari.

Daun bidara memang banyak sekali manfaatnya selain memang sebagai racun bagi bangsa ghaib. Tak lupa memohon ampun kepada Allah dan meminta kekuatan supaya dapat istiqomah di jalanNya. Memaafkan dan memohon maaf pada suami, anak, serta kedua orangtuanya. Karena kita pun tidak tahu, kesalahan apa yang pernah kita lakukan, sehingga Allah menegur dengan keadaan yang seperi itu. Wallahua'lam bisshowaab.


3 komentar:

Pribadi Hebat

Pikiran sehat adalah pribadi yang sehat         Buku Pribadi Hebat ditulis oleh Prof. Dr. Hamka dengan penerbit Gema Insani....