Jumat, 04 Oktober 2019

Gema, end.

Kau, dan aku, selesai.

Setiap yang hidup, pasti mengalami kematian. Pun ada pertemuan, disitu pasti ada pula perpisahan.

Bulan berjalan lesu memasuki gedung mahasiswa atau "Gema." Ini kesekian kalinya pihak kampus mengadakan seminar Internasional yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswanya.

"Hai, melamun saja." Suara mb Indah mengagetkan Bulan.
"Aku sumpek mb. Ingin tidak ikut seminar ini, tetapi nanti tidak dapat nilai pastinya."
"Hahaha .. Iya juga. Ini wajib karena Internasional. Meski tidak nyambung pembahasannya. Ada apa to? Ndang cerita."
"Nanti pas pulang, sekarang bising." Keduanya pun tertawa.

Hampir tiga jam lebih seminar berlangsung. Setelah para pemateri meninggalkan podium, mahasiswa keluar bergantian sambil mengambil sertifikat.
"Mbak, kemarin aku pulang. Bapak bilang, hubunganku dengan Bintang cukup pertemanan saja, tidak lebih".
"Hah, beneran? Kenapa memangnya? Lalu kamu udah bilang ke dia?"
"Belum. Aku pun tidak tahu, apa alasan Bapak melarang hubunganku. Makanya ini aku bingung, bagaimana ngomongnya".
"Apa perlu aku yang bilang?"
"Tidak mbak. Ini urusanku. Aku yang memulai, aku pula yang mengakhiri".
Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing sampai tidak terasa telah memasuki gerbang asrama. Dan mereka berpisah dalam diam.

Gawai Bulan semenjak pagi berulang kali berdering, telepon dari Bintang.  Namun tidak diangkatnya. Dia bingung harus bicara bagaimana. Sampai masuk sebuah pesan singkat dari Bintang.
"Ada apa? Kamu berubah akhir-akhir ini. Kita perlu bicara. Kutunggu besok sore di samping Gema." Airmatanya berlinang, jantungnya berdegup tidak beraturan, antara bingung dan sedih tidak karuan. Lalu esoknya, kejadian ini pun harus mereka lalui;
https://lilisodop7.blogspot.com/2019/09/gema-langit-begitu-mendung-sore-itu.html

Tidak berselang lama setelah kejadian itu, semua seakan kembali normal. Hanya rasa canggung saat keduanya harus dipertemukan dalam satu kelas atau saat keduanya berpapasan di suatu tempat.
Meski Bulan telah sembuh dari sakitnya, dan Bintang telah merelakan keputusan mereka berdua, keduanya tidak saling berbicara kecuali jika ada yang mendesak.
Karena masing-masing tahu batasannya, dan hati mereka terlalu rapuh jika raga masih berdekatan.

Kelulusan pun akhirnya membersamai mereka. Bulan telah bahagia dengan kekasih halalnya. Dan Bintang pun telah diterima sebagai abdi negara. Mereka tetap saling mendukung satu sama lain sepanjang waktu, dengan berkirim kabar dan saling mendoakan, hingga akhirnya, Bintang pun dipertemukan dengan jodohnya. Dan mereka semua bahagia.

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari. Namun setidaknya hari ini kita telah berusaha dengan sebaik mungkin. Meski air mata yang akhirnya mengiringi, namun canda dan tawa pasti juga mewarnai kisah hidup ini. Karena takdir Tuhan itulah yang terbaik bagi perjalanan singkat ini. Tabik.

Kehidupan bagai gerbong kereta, satu sama lain tiada saling mengetahui. Namun, tetap melaju di jalan yang dikehendaki. 



3 komentar:

Pribadi Hebat

Pikiran sehat adalah pribadi yang sehat         Buku Pribadi Hebat ditulis oleh Prof. Dr. Hamka dengan penerbit Gema Insani....