Kamis, 03 Oktober 2019

Tugu Pahlawan, Surabaya.

Makam pahlawan tanpa nama. 
Tugu Pahlawan.
Tugu Pahlawan di Surabaya menyimpan berbagai kisah perjuangan yang sangat menarik, terutama bagi arek-arek Suroboyo. Di dalam kawasan Tugu Pahlawan terdapat patung-patung para pejuang yang dianggap ikut mengambil bagian dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa, lengkap dengan tulisan yang di pahat di batu pengenalnya. Meski tidak ada kisah yang menceritakan lakon apa yang telah beliau mainkan dalam kancah perjuangan. Beliau- beliau ini adalah; Mayjen Soengkono, Residen Sudirman, R. Muhammad, Doel Arnowo, Bung Tomo, dan Gubernur Soerjo.
Para pahlawan yang diabadikan namanya di komplek Tugu Pahlawan. 

Beruntung ada suatu komunitas penggerak sejarah yang benar-benar andil dalam melestarikan dan menjaga nilai leluhurnya, terutama untuk segala info perjuangan tentang mereka yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa ini, khususnya di Surabaya.

Komunitas mereka dinamai "RoodeBrug Soerabaia" yang digawangi oleh mas Ady Setyawan yang sering juga muncul di sosial media dengan info-info terbarunya.  Komunitas tersebut seringkali mengadakan event untuk mengenalkan sejarah pada generasi muda. Diantaranya pada beberapa bulan lalu yang penulis sempat mengikutinya.

Mereka mengajak kita menyusuri malam penjelajahan ke tempat-tempat yang bersejarah di sekitar tugu pahlawan, lengkap dengan kostum perjuangan  yang dipinjamkan panitianya.

Perjalanan dimulai dari patung Sukarno-Hatta yang ada di komplek monumen Tugu Pahlawan, lalu dikenalkan pada patung yang menggambarkan sosok para pahlawan yang ikut andil dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa ini, lengkap dengan kisah sepak terjang mereka di barisan depan peperangan, ada pula sejarah meriam dan tank yang dipakai arek-arek Suroboyo, makam pahlawan tanpa nama, berlanjut ke bangunan yang dulu digunakan untuk menerima kabar kemerdekaan lalu disiarkannya dengan bahasa Jawa dan Madura.
Hanya dua surat kabar yg pertama kali memuat berita proklamasi. Dan uniknya bukanlah surat kabar terbitan Jakarta, yakni surat kabar "Tjahaja" yang terbit di Bandung tanggal 19 Agustus 1945, dan "Soeara Asia" yang terbit di Surabaya, 22 Agustus 1945.

Kami melanjutkan perjalanan menuju bangunan yang dulu adalah Bank milik penjajah, lalu dimasuki dan diambil  uangnya oleh R.Muhammad dan kawan-kawannya karena menganggap bahwa uang yang di Bank itu adalah milik bangsa ini.  Dan uang itu digunakan untuk melengkapi peralatan perang.

Lanjut perjalanan ke monumen alun-alun Contong, dimana pada lokasi ini pada tahun 1945 pernah di porak porandakan oleh tentara sekutu ( Inggris, Gurkha, dan Nica) yang menyerang dari darat, laut, serta udara. Hingga berceceran kemana-kemana darah serta potongan tubuh manusia, bahkan usus serta isi perut pun terburai keluar dari tubuh para pejuang yang mempertahankan kemerdekaan ini. Para medis tidak lagi dapat bergerak dari tempat mereka, bahkan mereka bersembunyi dalam gorong-gorong yang kotor dan banyak terdapat kotoran manusia, demi menghindari artileri yang mereka tembakkan secara membabi buta.

Kisah pilu tentang alun-alun Contong diabadikan pula lewat tulisan di bawah ini;
"GEDUNG INI PERNAH MENGALAMI KEHANTJURAN DIMASA REVOLUSI KEMERDEKAAN TAHUN 1945 SEBAGAI AKIBAT BERKOBARNJA PERTEMPURAN DI KOTA SURABAJA DAN PEMBOMAN FIHAK MUSUH (INGGRIS, GURKHA, NICA) JANG DILANTJARKAN DARI DARAT, LAUT DAN UDARA.

SURABAJA MENJADI LAUTAN API DAN BERSAMAAN DENGAN ITU, BERTJUTJURAN-LAH TETESAN DARAH DAN GUMPALAN DAGING PARA PAHLAWAN PEJUANG KEMERDEKAAN JANG TELAH MENDAHULUI GUGUR SEBAGAI KUSUMA BANGSA.

SIFAT KEPAHLAWANAN MEREKA ADALAH PERWUDJUTAN JANG NYATA SEBAGAI WATAK UNTUK RELA BERKORBAN, DEMI SUATU TUGAS SUTJI JANG BESAR DAN TJITA-TJITA JANG BESARPULA JANG TUMBUH DARI KESADARAN TANPA PAMRIH AKAN DHARMA BAKTINJA KEPADA PANGGILAN TANAH AIR.

SEDJARAH MEMBUKTIKAN, BAHWA KEPAHLAWANAN BUKAN MONOPOLINJA SESEORANG ATAU GOLONGAN, MELAINKAN SUATU PERHIASAN WATAK JANG SETIAP ORANG/RAKJAT DAN SIAPAPUN DAPAT MEMILIKI, ASAL IA SEDIA BERKORBAN UNTUK KEPENTINGAN NEGARA DAN BANGSANJA.

KITA HARUS BERANI DAN DJUDJUR MENILAI KEADAAN, BAHWA AMAL PERBUATAN JANG DIDJIWAI DENGAN SEMANGAT SEDIA DAN RELA BERKORBAN, AKAN MENENTUKAN NILAI DAN MUTU KEPAHLAWANAN SETIAP ORANG.

RASA CHIDMAD DAN TERIMA KASIH KEPADA MEREKA JANG KINI MAKAM-MAKAMNJA TERPENDAM DIBUMI INDONESIA BERSERAKAN DIDALAM MAKAM-MAKAM PAHLAWAN DISELURUH NUSANTARA.

TAK ADA PERDJUANGAN TANPA PENGORBANAN, DAN PENGORBANAN ITULAH JANG AKAN MENENTUKAN HASILNJA SUATU PERDJUANGAN ITU SENDIRI.

DJADIKANLAH HARI PAHLAWAN SEBAGAI HARI UNTUK MEMBAHARUI SEMANGAT KEPAHLAWANAN DISEPANDJANG MASA".
Alun-Alun Contong, 1930-an. 


Perjalan kami berakhir di monumen Resolusi Jihad, dimana para Kiai dan ulama sepakat untuk menyerukan jihad bagi seluruh muslim di Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh dan akhirnya, kini kita peringati dengan "Hari Santri" setiap tanggal 22 Oktober. Merdeka. 🇮🇩

Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para "Pahlawannya."
Dan setiap kita, adalah pahlawan. Tergantung dengan apa kita memaknai perjuangan itu sendiri.
Gedung Lindeteves Stokvis, tahun 1920-an. 

Ex gedung Lindeteves (gudang senjata dan bengkel tank Jepang)
Pengambilan gambar oleh salah satu wartawan Jawa pos yang tidak sengaja berada di lokasi saat event ini.
"Pahlawan sejati tidak minta dipuji jasanya. 
Bunga mawar tidak mempropagandakan harumnya, tetapi harumnya dengan sendiri semerbak ke kanan dan ke kiri. 
Tetapi! 
Hanya bangsa yang tahu menghargai pahlawan-pahlawannya, dapat menjadi bangsa yang besar. 
Karena itu, hargailah pahlawan-pahlawan kita." 
Merdeka! 

Soekarno, 
Djokdjakarta, 10 Nov '49. 

7 komentar:

  1. padahal rumah saya deket ama Surabaya. Tapi belum pernah kesini. duh.

    BalasHapus
  2. Jadi pengen tour kesana 😊😊

    BalasHapus
  3. Bagus ya, apalagi untuk wisata edukasi bagi pelajar sekarang yang buta sejarah

    BalasHapus
  4. Lum pernah jelajah Surabaya 😩

    BalasHapus
  5. Kalau ada sumur di rawa buaya, boleh lah kita menumpang mancing
    Bila ada wisata di surabaya, bolehlah kita sejenak refreshing.

    BalasHapus

Pribadi Hebat

Pikiran sehat adalah pribadi yang sehat         Buku Pribadi Hebat ditulis oleh Prof. Dr. Hamka dengan penerbit Gema Insani....